TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah anak muda Ethiopia berkunjung ke Museum Asia Afrika di Bandung untuk mengenal lebih dekat tentang peran Afrika dan Asia dan relevansinya sekarang bagi masyarakat Ethiopia.
Menurut Kalewongel Tesfaye, pendiri Ethiopia-Indonesia Youth Association, EIYA, Indonesia dan Afrika memiliki hubungan yang dekat dan sangat penting, dimulai sejak Konferensi Asia Afrika atau KAA di Bandung tahun 1955.
Namun, kedekatan hubungan Indonesia dan Afrika perlu dipromosikan lebih luas kepada masyarakat Afrika karena banyak orang Afrika terutama kalangan generasi muda belum mengerti tentang KAA.
Hubungan dekat itu belum begitu terasa. Banyak juga yang tidak tahu tentang potensi kerja sama yang begitu besar antara Indonesia dan negara-negara Afrika, terutama di bidang ekonomi dan sosial budaya.
“Oleh karena itu, kami bertekad akan mempromosikan dan mengobarkan semangat Bandung 1955 itu di negara-negara Afrika, khususnya di Ethiopia, untuk diterjemahkan dalam bentuk kerja sama ril antar bangsa dan negara di bidang ekonomi dan sosial budaya,” kata Kalewongel yang juga CEO Youth to Youth, organisasi pemuda terkemuka di Ethiopia.
“Apalagi, setelah menghadiri Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) di Bali, kami melihat begitu banyak peluang kerja sama yang dapat dikembangkan oleh Indonesia dan Afrika untuk kemajuan bangsa-bangsa dunia,” ujar Kalewongel.
Kalewongel beserta temannya Sileshi Sals Umer, CEO Safe Light juga organisasi pemuda terkemuka di Ethiopia, berkunjung ke MKAA Bandung setelah keduanya menghadiri IAID di Bali 20-21 Agustus 2019 atas undangan KBRI Addis Ababa.
IAID 2019 adalah forum pertemuan ekonomi Indonesia dengan negara-negara Afrika, dan sebagai tindak lanjut Indonesia Africa Forum yang diselenggarakan di Bali, April 2018.
“Kalewongel dan Sileshi sengaja kita undang ke Indonesia karena keduanya adalah tokoh pemuda kreatif dan wirausaha muda Ethiopia yang memiliki perhatian besar untuk memajukan hubungan Indonesia-Ethiopia," kata Al Busyra Basnur, Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika dalam pernyataan persnya yang diterima Tempo, Sabtu malam, 24 Agustus 2019.
Menurut Busyra, organisasi yang didirikan dan dikelola kedua anak muda Ethiopia itu memiliki anggota hampir 10 ribu orang pemuda yang tersebar di seluruh Ethiopia.