TEMPO.CO, Seoul – Juru bicara pemerintah Korea Utara mengatakan uji coba rudal balistik dan pengerahan jet tempur F-35 serta pemasangan peralatan militer di Semenanjung Korea sebagai tindakan berbahaya.
Korea Utara menilai tindakan ini bisa memicu perang dingin di kawasan ini.
“Tindakan militer berbahaya dan tidak biasa sekarang sedang tampak di horison, yang bakal memicu perang dingin di Semenanjung Korea dan di kawasan ini,” begitu dilansir Reuters pada Kamis, 22 Agustus 2019.
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan tetap berkomitmen untuk menyelesaikan semua isu lewat dialog dan negosiasi.
Pernyataan ini menanggapi uji coba rudal balistik jarak menengah sejauh 500 kilometer dari lepas pantai California. Ini dilakukan setelah AS menarik diri dari Perjanjian INF atau Intermediate-range Nuclear Forces Treaty.
Saat ini, negosiasi level kerja antara Korea Utara dan AS belum juga dimulai sejak pertemuan Presiden AS, Donald Trump, dan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, digelar pada akhir Juni 2019.
Keduanya telah bertemu dua kali di Singapura dan Vietnam namun belum mencapai kesepakatan untuk denuklirisasi Semenanjung Korea.
Utusan AS, Stephen Biegun, yang memimpin negosiasi tingkat tim kerja dengan Korea Utara sedang berada di Seoul pada Selasa pekan ini. Biegun juga baru saja mengunjungi Jepang untuk membicarakan denuklirisasi Korea Utara.
“Kami bersiap untuk terlibat secepatnya begitu kami mendengar kabar dari mitra di Korea Utara,” kata Biegun pada Rabu.
Media Korea Utara yaitu KCNA juga menyuarakan protes berulang soal pembelian senjata canggih oleh Korea Selatan ke AS yaitu jet tempur F-35, dan menyebutnya sebagai tindakan provokasi.
Korea Utara sendiri menembakkan rudal balistik jarak pendek beberapa kali sebagai bentuk protes terhadap Korea Selatan.