TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan masyarakat Hong Kong pada Rabu, 21 Agustus 2019, terlibat dalam unjuk rasa anti-pemerintah di kereta bawah tanah atau subway, Yuen Long. Unjuk rasa itu bentuk kemarahan karena pada 21 Juli lalu terjadi sebuah aksi penyerangan di stasiun Yuen Long dan tak ada satu terduga pelaku pun yang diproses secara hukum.
Dikutip dari reuters.com, Kamis, 21 Agustus 2019, sejumlah demonstran yang menggunakan masker atau penutup wajah, bentrok dengan aparat kepolisian. Para pengunjuk rasa menyemprotkan alat pemadam kebakaran dari bagian dalam stasiun Yuen Long, ada pula yang mengolesi lantai dengan minyak goreng, bir dan deterjen untuk menghentikan polisi.
Beberapa demonstran terlihat menutup pintu keluar stasiun dengan tong sampah, perabotan stasiun dan sejenisnya, sedang yang lainnya menutup jalan-jalan menuju ke stasiun Yuen Long. Mereka melakukan aksi itu untuk menghentikan upaya aparat kepolisian yang hendak membubarkan unjuk rasa.
Unjuk rasa di stasiun subway Yuen Long tersebut untuk memperingati serangan pada 21 Juli 2019, dimana lebih dari 100 laki-laki berkaos putih menyerbu stasiun subway Yuen Long selama berjam-jam. Sebelumnya para demonstran itu melakukan aksi jalan ke jantung kota Hong Kong dan merusak kantor otoritas Cina di Hong Kong.
Unjuk rasa pada Rabu, 21 Agustus ini adalah protes terbaru di Hong Kong setelah demonstrasi pertama meletup pada Juni 2019 yang menyoroti tergerusnya kebebasan di Hong Kong setelah diserahkan Inggris ke Cina pada 1997.
Unjuk rasa di stasiun subway Yuen Long Hong Kong juga menandai kembalinya langkah perlawanan setelah aksi turun ke jalan secara damai besar-besaran pada Minggu, 18 Agustus 2019.