TEMPO.CO, Jakarta - Mantan diktator Sudan Omar Hassan Al Bashir mengaku kepada penyelidik telah menerima US$ 90 juta atau Rp 1,2 triliun dari Arab Saudi, yang disampaikan dalam sidang perdana Bashir.
Perwira polisi senior Sudan bersaksi bahwa Bashir mengaku telah menerima uang dari perwakilan yang dikirim Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Sisanya datang pada masa pemerintahan Raja Abdullah, yang meninggal pada tahun 2015, menurut laporan New York Times, 19 Agustus 2019.
Berbicara di pengadilan, seorang penyelidik menguraikan dana asing yang dikatakan Bashir telah diberikan kepadanya, untuk dibagikan sebagai sumbangan dan hadiah untuk orang miskin, termasuk US$ 25 juta (Rp 356 miliar) dari Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, menurut laporan CNN.
Penyelidik juga mengatakan bahwa Bashir mengklaim telah menerima US$ 35 juta (Rp 500 miliar) dari almarhum Raja Saudi Abdullah bin Abdelaziz al-Saud dan US$ 1 juta (Rp 14,2 miliar) dari Sheikh Khalifa bin Zayed, Presiden Uni Emirat Arab, untuk alasan yang sama.
Seorang juru bicara pemerintah UEA mengatakan tidak mengomentari proses hukum internal di negara lain. Arab Saudi juga tidak berkomentar terkait laporan ini.
Mantan presiden Sudan Omar Hassan Al Bashir duduk dijaga di dalam sangkar di gedung pengadilan di mana ia menghadapi tuduhan korupsi, di Khartoum, Sudan 19 Agustus 2019.[REUTERS / Mohamed Nureldin Abdallah]
Pengacara Bashir menolak tuduhan itu, mengatakan bahwa Bashir tidak mengambil uang itu untuk keuntungan pribadinya.
"Kami menegaskan kembali bahwa mantan presiden tidak mendapat manfaat dari satu dolar pun dari jumlah ini dan bahkan tidak memiliki rekening mata uang asing," kata Al-Gaaly.
Al Bashir dikurung di dalam kandang besi dan dikelilingi oleh petugas keamanan berseragam untuk sidang selama dua jam. Mantan pemimpin Sudan yang berkuasa selama 30 tahun itu hanya berbicara untuk mengkonfirmasi nama, umur, dan tempat tinggalnya. Pengacaranya menolak tuduhan korupsi yang dialamatkan ke Bashir.
Itu adalah awal yang dramatis untuk persidangan yang telah menandakan perubahan penting yang sedang berlangsung di Sudan sejak Al Bashir digulingkan. Banyak orang Sudan berharap untuk menyapu sisa-sisa masa pemerintahan Omar Hassan Al Bashir, ketika Sudan mengalami banyak pemberontakan internal, menjadi paria internasional dan dikenai sanksi Amerika. Baru-baru ini Sudan mengalami keruntuhan ekonomi yang menghancurkan yang memicu pemberontakan terhadap Omar Hassan Al Bashir.