TEMPO.CO, Buenos Aires – Komite Perlindungan Jurnalis atau Committee to Protect Journalists menyampaikan keprihatinan mengenai pemanggilan jurnalis Daniel Santoro oleh otoritas pengadilan di Argentina.
Komite mendesak otoritas menghormati kerahasiaan narasumber jurnalistik. Ini terkait pemanggilan Santoro oleh Pengadilan Federal di Dolores, Buenos Aires, pada 10 Juni 2019.
Santoro, yang bekerja sebagai jurnalis investigasi dari media harian nasional Clarin, diminta tampil pada 17 Juli 2019 dalam kasus skema pemerasan.
“Dengan memanggil Daniel Santoro ke pengadilan dan memperoleh catatan teleponnya, otoritas Argentina menimbulkan kekhawatiran kepada komunitas jurnalis di negara ini,” kata Natalie Southwick, koordinator program CPJ untuk Amerika Tengah dan Pusat, seperti dilansir situs CPJ.org pada 16 Juli 2019.
Southwick melanjutkan,”Tindakan-tindakan ini membahayakan prinsip kerahasiaan sumber jurnalis, yang merupakan salah satu pondasi kebebasan pers.”
Organisasi kebebasan pers dari Amerika Latin dan Amerika Serikat juga mendukung jurnalis Daniel Santoro dan tiga jurnalis asal Argentina lainnya dalam kasus pemerasan dan espionase ilegal ini.
Seorang hakim di Argentina mengatakan investigasi terhadap mereka sudah berjalan. Kasus ini juga melibatkan seorang pengacara palsu bernama Marcelo D’Alessio.
Tiga jurnalis yang terkena kasus ini adalah Rolando Grana dari program GPS, Eduardo Feinmann dari program A24, dan Rodrigo Alegre dari program Channel 13.
Nama mereka tercantum dalam dokumen pengadilan yang diterbitkan oleh hakim federal Provinsi Dolores yaitu Alejo Ramos Padilla pada awal bulan ini.
Dokumen itu juga menjelaskan aktivitas kriminal yang dituduhkan kepada D’Alessio.
“Dokumen pengadilan itu menyebut wawancara dengan direktur perusahaan minyak PDVSA Argentina, Gonzalo Brusa Dovat, yang dilakukan pada Desember pada tahun lalu oleh keempat jurnalis, terkait dengan manuver untuk memaksa pengusaha itu bertestimoni dalam kasus kriminal skandal korupsi,” begitu dilansir situs Knightcenter.utexas.edu pada 21 Maret 2019.
Dokumen pengadilan menyebut wawancara itu dikoordinasi D’Alesio, yang disebut bertindak atas nama jaksa penuntut Carlos Stornelli, yang menjadi jaksa penuntut umum dalam kasus korupsi. Skandal korupsi ini melibatkan bekas Presiden Cristine Kirchner.
Hakim Ramos Padilla mengatakan dalam dokumen pengadilan tadi bahwa D’Alesssio menggunakan koneksinya ke media untuk memperoleh dokumen ilegal data intelijen dan melakukan tindakan ilegal lainnya. Misalnya, tindakan pemerasan terhadap pengusaha Pedro Etchebest, yang mengecam D’Alession sebagai pengacara palsu. Komite Perlindungan Jurnalis menyesalkan munculnya kasus ini.