TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian di Amerika Serikat mengungkap bahwa terpapar polusi udara secara rutin selama bertahun-tahun sebanding dengan merokok satu bungkus sehari.
CNN melaporkan pada 15 Agustus 2019, studi yang diterbitkan jurnal medis JAMA pada Selasa kemarin, mengungkap paparan polusi udara, terutama untuk ozon permukaan tanah, partikel halus, nitrogen oksida dan karbon hitam.
Penelitian ini mengamati lebih dari 7.000 orang dewasa berusia 45 hingga 84 tahun selama lebih dari sepuluh tahun di enam wilayah metropolitan AS: Baltimore, Chicago, Los Angeles, Kota New York, St. Paul, Minnesota, dan Winston-Salem, North Carolina.
Dengan menggunakan CT Scan, peneliti melihat bahwa paparan terhadap masing-masing polutan dikaitkan dengan perkembangan emfisema, suatu kondisi paru-paru yang menyebabkan sesak napas, dan biasanya dikaitkan dengan merokok. Ini adalah penyakit kronis yang melemahkan, yang menyusutkan jumlah oksigen yang mencapai aliran darah.
Para ilmuwan mampu menunjukkan penurunan fungsi paru-paru dengan spirometri, tes sederhana yang mengukur seberapa banyak udara yang bisa Anda hirup dalam satu napas.
Para pasien semua sehat ketika mereka memulai penelitian, dan para peneliti mengendalikan faktor-faktor yang dapat membahayakan kesehatan paru-paru, termasuk usia dan apakah orang itu seorang perokok atau secara teratur terpapar asap rokok.
Hubungan terkuat antara polutan dan emfisema terlihat dengan paparan ozon, yang merupakan satu-satunya polutan yang terkait dengan penurunan fungsi paru-paru tambahan.
Paparan ozon mengiritasi dan mengobarkan lapisan paru-paru kita ketika kita menghirupnya. Itu dapat membuat kita kehabisan napas, menyebabkan serangan asma, membuat kita lebih rentan terhadap infeksi.
Ozon di permukaan tanah adalah bagian dari kabut asap yang tidak bisa kita lihat. Itu tidak berwarna dan berasal dari transformasi fotokimia yang terjadi ketika polutan berinteraksi dengan sinar matahari.
"Peningkatan emfisema yang kami amati relatif besar, mirip dengan kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh 29 tahun merokok dan 3 tahun penuaan," kata Dr. R. Graham Barr, Hamilton Southworth, guru besar bidang kedokteran andepidemiologi di Columbia UniversityIrvingMedical Center dan penulis senior makalah ini. Satu bungkus per tahun berarti merokok sebungkus rokok sehari selama setahun.
Tingkat polusi udara diperkirakan ada di lingkungan rumah para peserta. Mereka mengambil bagian dalam Studi Multi-Etnis Polusi Udara Atherosclerosis (MESA Air) dan Paru-Paru MESA.
Konsentrasi partikel halus dan nitro oksida sekitar, tetapi bukan ozon, menurun secara signifikan selama periode penelitian, kata para peneliti.
"Temuan ini penting karena tingkat ozon di permukaan tanah meningkat, dan jumlah pemindaian CT scan dapat meramalkan rawat inap dari dan kematian akibat penyakit pernapasan kronis yang lebih rendah," kata Barr.
Dengan krisis iklim, mungkin ada tingkat ozon di permukaan tanah yang jauh lebih tinggi di masa depan.
Dikutip dari Sky News, rekan penulis senior lain Dr Joel Kaufman dari University of Washington mengatakan, "Kami terkejut melihat betapa kuatnya dampak polusi udara terhadap perkembangan emfisema pada pemindaian paru-paru, dengan efek yang sama dari merokok, yang sejauh ini penyebab emfisema yang paling terkenal."
"Kami benar-benar perlu memahami apa yang menyebabkan penyakit paru-paru kronis, dan tampaknya paparan polusi udara yang umum dan sulit dihindari mungkin menjadi kontributor utama," tambahnya.
Stephen Holgate, penasihat khusus kualitas udara di Royal College of Physicians di Inggris yang tidak ikut penelitian, mengatakan bahwa sementara sudah diketahui bahwa polusi udara dan merokok mempercepat pengembangan emfisema pada mereka yang secara genetik rentan terhadapnya.