TEMPO.CO, Pyongyang – Media resmi Korea Utara melansir pernyataan setiap langkah pemerintah Amerika Serikat untuk menempatkan rudal jarak menengah baru yang diluncurkan di Korea Selatan dapat memicu Perang Dingin baru.
Langkah ini juga dapat memicu eskalasi perlombaan senjata kawasan itu.
Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, mengatakan mendukung penempatan rudal jarak menengah di Asia pada awal Agustus ini. Dia mengatakan ini sehari setelah AS mundur dari perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) dengan Rusia.
"AS menunjukkan sedang mengkaji rencana menempatkan rudal jarak menengah darat-ke-darat di kawasan Asia dan Korea Selatan telah dipilih sebagai tempat untuk peluncurannya," begitu dilansir kantor berita Korea Utara, KCNA, seperti dilansir pada Kamis, 15 Agustus 2019.
"Ini adalah tindakan sembrono untuk meningkatkan ketegangan regional, tindakan yang dapat memicu Perang Dingin baru dan perlombaan senjata baru di kawasan Timur Jauh lewat pengerahan senjata menyerang baru di Korea Selatan," begitu dilansir media ini.
Pejabat senior AS lainnya mengatakan pengerahan persenjataan semacam itu akan memakan waktu bertahun-tahun.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan belum ada diskusi tentang penempatan rudal jarak menengah Amerika di negara itu, dan tidak ada rencana untuk mempertimbangkan gagasan itu.
Media KCNA juga mengkritik langkah-langkah terbaru terkait peningkatan kemampuan situs militer di Selatan, yang menjadi tuan rumah sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) AS. Sistem rudal canggih ini dirancang untuk mencegat rudal balistik.
"Itu merupakan fakta jelas bahwa pengerahan sistem THAAD merupakan strategi AS untuk membendung kekuatan besar dan memegang supremasi di Asia Timur Laut, bukan untuk melindungi Korea Selatan dari ancaman kekuatan lain," kata KCNA.
Militer Korea Utara telah meluncurkan serangkaian rudal jarak pendek dalam beberapa pekan terakhir untuk memprotes apa yang dilihatnya sebagai peningkatan militer di Korea Selatan. Negara komunis tertutup itu juga memprotes latihan militer gabungan pasukan Korea Selatan dan Amerika yang ditempatkan di Semenanjung Korea.
Peluncuran rudal jarak pendek ini membuat upaya negosiasi kembali antara AS dan Korea Utara menjadi rumit. Negosiasi ini membahas masa depan program senjata nuklir dan rudal balistik Korea Utara, yang memicu sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Presiden AS, Donald Trump, seperti dilansir CNN, sebenarnya baru saja melakukan kunjungan dadakan ke wilayah zona militer di perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara. Dia menemui pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un. Keduanya bersepakat perlunya pertemuan puncak ketiga untuk menyelesaikan isu ini
MEIDYANA ADITAMA WINATA