TEMPO.CO, Washington – Tokoh Senat yang menjadi teman dekat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yaitu Mitch McConnell, memperingatkan pemerintah Cina agar tidak mencoba meredam aksi protes di Hong Kong dengan menggunakan cara kekerasan.
McConnell, yang merupakan pemimpin Partai Republik di Senat, mengatakan cara itu sama sekali tidak bisa diterima.
“Rakyat Hong Kong secara berani melawan Partai Komunis Cina saat Beijing mencoba menekan kebebasan dan otonomi mereka,” kata McConnell dalam cuitan di akun Twitternya seperti dilansir Channel News Asia pada Senin, 12 Agustus 2019.
McConnell, yang kerap dimintai pendapat politik oleh Trump di Gedung Putih dan Gedung Kongres Capitol Hill, mengatakan,”Setiap upaya meredam dengan cara kekerasan tidak akan bisa diterima. Dunia sedang memperhatikan saat ini.”
Aksi unjuk rasa di Hong Kong semakin intensif dalam sepuluh pekan terakhir ini seperti dilansir Reuters. Warga awalnya menolak keras amandemen legislasi ekstradisi, yang memungkinkan mereka diekstradisi ke Cina jika dianggap melanggar hukum di sana.
Belakangan, tuntutan aksi protes ini meluas dengan desakan penerapan sistem demokrasi secara utuh, mencopot Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, yang dianggap pro Beijing, dan menolak intervensi Cina, yang dianggap menekan demokrasi dan kebebasan di wilayah semi-otonom ini.
Aksi unjuk rasa berlangsung beberapa hari nyaris setiap pekan dengan beberapa unjuk rasa berakhir dengan bentrok fisik antara pengunjuk rasa Hong Kong dan polisi. Sejak Jumat pekan lalu, warga Hong Kong berbondong-bondong datang ke Bandara Internasional Hong Kong hingga Senin kemarin untuk menyuarakan tuntutan pro-Demokrasi.
Ini membuat bandara menjadi nyaris lumpuh dan tidak bisa melayani penerbangan ke luar Hong Kong. Sekitar nyaris 200 penerbangan dibatalkan dengan beberapa penerbangan menuju Hong Kong dialihkan meskipun unjuk rasa di ruang utama berlangsung dengan damai.
Belakangan, polisi bersenjata dari Cina terlihat bersiaga di perbatasan Shenzhen, yang berbatasan langsung dengan Hong Kong. Media Global Times menyebut para polisi sedang latihan rutin meskipun ini bukan penampakan yang lazim.