TEMPO.CO, Jakarta - Migrant CARE meminta pemerintah RI untuk memberlakukan rencana darurat menyusul lumpuhnya bandara Hong Kong.
Dalam aksi hari ini, demonstran telah menduduki bandara internasional Hong Kong, yang merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia. South China Morning Post melaporkan, kepala bandara Hong Kong telah membatalkan penerbangan keluar Hong Kong untuk semua maskapai.
Penerbangan masuk yang sudah mengudara akan diizinkan mendarat, tetapi penerbangan yang belum berangkat telah ditunda.
Pada Senin siang, otoritas bandara meningkatkan keamanan di Bandara Internasional Hong Kong, dengan akses ke ruang keberangkatan Terminal 1 terbatas untuk penumpang dengan dokumen perjalanan dan tiket pesawat yang berlaku selama 24 jam berikutnya.
Demonstran memenuhi bandara internasional Hong Kong. Sumber: strait times/asiaone
Baca Juga:
Direktur Migrant CARE Wahyu Susilo meminta pemerintah Indonesia segera menyiapkan langkah dan rencana darurat (contigency plan), mengingat besarnya pekerja migran Indonesia di Hong Kong yang berjumlah 250 ribu.
"Langkah yang harus segera dilakukan adalah untuk sementara menghentikan arus masuk calon pekerja migran ke HK hingga tenggat waktu tertentu," tulis Direktur Migrant CARE Wahyu Susilo kepada Tempo, 12 Agustus 2019.
Migrant CARE juga menyarankan pemerintah RI berkoordinasi dengan negara penyalur pekerja migran lain ke Hong Kong seperti Filipina, Nepal, India, dan lainnya, untuk mendesak pemerintah Hong Kong menjamin keselamatan pekerja migran.