TEMPO.CO, Jakarta - Demonstrasi di Hong Kong semakin membuat investor cemas. Ketegangan perdagangan dan kelemahan ekonomi di Cina telah membantu memupus kenaikan Indeks Hang Seng tahun ini, tetapi indikator lokal seperti real estat dan ritel juga mendingin.
Beijing mungkin tidak keberatan jika protes mengenai bisnis, jika kenaikan biaya perlawanan memecah gerakan. Itu berarti mungkin ada lebih banyak gangguan pada harga.
Demonstrasi besar Hong Kong pada Senin, telah menghentikan lalu lintas dan menutup toko-toko di seluruh wilayah.
Polisi membalas dengan gas air mata dan peluru karet, sementara faksi pro-Beijing dan anti-Beijing saling serang di jalan-jalan dan di stasiun kereta bawah tanah.
Para pengunjuk rasa anti-pemerintah memenuhi bagian bandara pada hari Senin, 12 Agustus 2019.[Felix Wong/South China Morning Post]
Para pengunjuk rasa menginginkan RUU Ekstradisi ditarik, tetapi ada tuntutan lain juga, termasuk hak pilih universal.
Pemegang saham Hong Kong jarang tersentak pada krisis politik dan mereka bertahan ketika pengunjuk rasa menduduki pusat bisnis pusat keuangan pada 2014. Tetapi kali ini bisa berbeda.
Pasar sedang lesu. Yuan yang terdepresiasi, perang dagang, dan permintaan Cina yang melambat semuanya melukai ekonomi terbuka Hong Kong. Sementara S&P 500 naik dua digit dari tahun ke tahun, Indeks Hang Seng datar.
Perusahaan lokal yang mendapatkan sebagian besar pendapatan mereka di wilayah Hong Kong sangat terpukul. Grup properti Sino Land turun lebih dari 10 persen untuk periode tersebut, dan penjual kosmetik Sa Sa telah kehilangan sepertiga dari kapitalisasi pasarnya.
Ritel mewah dari Richemont ke apotek Watsons melaporkan penjualan yang menurun. Angka pariwisata tumbuh lebih lambat dari tahun lalu, dan volume pembelian rumah di Hong Kong turun di bulan Juni, menurut Midland Property.
MEIDYANA ADITAMA WINATA | REUTERS