TEMPO.CO, Jakarta - Warga Singapura menghabiskan lebih sedikit uang untuk belanja pakaian dan sepatu atau fashion dibandingkan dengan lima tahun lalu. Sedangkan pengeluaran untuk layanan akomodasi, makanan, dan kesehatan justru meningkat.
Fakta ini merupakan hasil survei pengeluaran rumah tangga terbaru oleh Departemen Statistik Singapura berdasarkan data yang dikumpulkan pada tahun 2017 dan 2018.
"Pakaian dan alas kaki khususnya mengalami penurunan persentase terbesar,"sebut hasil survei yang dikutip dari Asia One.
Hasil survei ini menyebutkan, rata-rata rumah tangga menghabiskan sekitar 120 dollar Singapura per bulan atau setara dengan Rp 1,2 juta untuk membeli pakaian dan alas kaki. Sementara pada hasil survei 2012-2013, pengeluaran untuk membeli pakaian dan alas kaki sekitar 160 dollar Singapura atau sekitar Rp 1,6 juta per bulan.
Menurut para ahli ritel, menurutnya pengeluaran untuk fashion tidak berarti warga Singapura berbelanja lebih sedikit. Melainkan, karena ada opsi yang lebih terjangkau untuk pembeli sehingga pengeluaran mereka lebih sedikit.
Baca Juga:
Seperti dituturkan Kapil R.Tuli, 43 tahun, munculnya lebih banyak pilihan mode dan pembelanjaan online menjadi faktor utama.
"Dalam 10 tahun terakhir, ada lebih banyak pilihan mode cepat bagi konsumen - merek seperti Zara dan Uniqlo menawarkan desain yang cukup bagus dengan harga murah," kata Kapil, profesor pemasaran dan direktur di Pusat Ritel Universitas Manajemen Singapura.
Selain itu, lebih banyak perusahaan online juga menawarkan diskon menarik dan kebijakan pengembalian yang lebih baik yang memikat pelanggan.
Pergeseran ke arah belanja online tercermin dalam temuan survei juga, dengan lebih banyak rumah tangga melakukan transaksi online. Sekitar 60 persen rumah tangga melaporkan pembelian online pada 2017-2018 naik dari 31 persen pada 2012-2013.
Seorang ibu rumah tangga, Angela Chua, 41, mengatakan pengeluarannya untuk pakaian sudah pasti turun sejak ada bisnis penjualan online. Dia berhenti mengunjungi toko fisik dalam beberapa tahun terakhir, lebih memilih untuk berbelanja online.
"Kecuali ada penjualan yang sangat bagus di toko - yang jarang - diskon tidak sebanding dengan apa yang bisa saya dapatkan secara online."
Kapil Tuli percaya bahwa pembeli menjadi lebih cerdas dalam mengidentifikasi penawaran, sebagian besar berkat telepon seluler dan alat perbandingan belanja.Masyarakat menjadi lebih rasional dalam berbelanja.
THE STRAITS TIMES | ASIA ONE | MEIDYANA ADITAMA WINATA