TEMPO.CO, Caracas – Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, mengatakan menolak pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, soal bakal memblokade negara di Amerika Latin itu.
Maduro menegaskan Venezuela akan tetap menjadi negara yang bebas dan independen. Dia mengatakan telah meminta Duta Besar Venezuela untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB, Samuel Moncada, mengecam pernyataan ilegal blokade ini di Dewan Keamanan PBB.
“Seluru Venezuela, yang bersatu baik sipil dan militer, menolak pernyataan Donald Trump tentang karantina dan kemungkinan blokade,” kata Maduro dalam pernyataan yang disiarkan di stasiun televisi negara itu.
Maduro melanjutkan,”Blokade, mengapa dia mengumumkan itu? Itu jelas tindakan ilegal.”
Pemerintah AS telah menerapkan sanksi dan tekanan diplomatik terhadap Venezuela untuk membuat Maduro mundur. AS beralasan Maduro memenangkan pemilu dengan kecurangan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia atau HAM atas rakyatnya.
Trump mengindikasikan akan melakukan tindakan lanjutan kepada Venezuela karena ada indikasi keterlibatan Cina dan Iran di sana. Namun Trump tidak menceritakan detil rencananya.
Seorang diplomat AS mengatakan Trump menunjukkan dia mempunyai rencana serius soal ini. Tapi, pemerintah tidak ingin bercerita lebih banyak agar efek kejutannya tidak hilang.
Hubungan AS dan Venezuela memburuk sejak awal 2018 saat Maduro memenangi pemilihan Presiden untuk kedua kalinya.
Seperti dilansir Channel News Asia, AS dan Eropa meminta Venezuela menggelar pemilu ulang. Mereka mendukung tokoh oposisi dari DPR yaitu Juan Guaido untuk menggantikan Maduro.
Maduro meminta bantuan Rusia dan mendapat dukungan politik serta obat-obatan dari Cina. Belakangan, militer Rusia tiba di Caracas dan melatih pasukan Venezuela sebagai bagian dari kerja sama kedua negara. AS meminta Rusia untuk keluar dari Venezuel namun permintaan ini tidak diindahkan.