TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev mengeluhkan sikap Amerika Serikat yang menarik diri pakta pengendalian senjata nuklir jarak jauh yang ditanda-tangani kedua negara pada Desember 1987. Ketika itu, Amerika Serikat diwakilkan oleh mantan Presiden Ronald Reagen.
Menurut Gorbachev menilai keputusan Washington tersebut bisa merusak keamanan internasional. Menarik diri dari pakta yang disepakati pada 1987 sama artinya Amerika Serikat berurusan dengan potensi hancurnya keamanan Eropa dan keseluruhan sistem keamanan internsional.
“Penghentian pakta ini akan sulit membawa keuntungan bagi komunitas internasional. Langkah ini menghancurkan bukan hanya keamanan di Eropa, tetapi juga di seluruh dunia,” kata Gorbachev, 88 tahun, dalam wawancara dengan Interfax, Jumat, 2 Agustus 2019.
Mikhail Gorbachev, Mantan Presiden Uni Soviet, kanan dan mantan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen, kiri, saat menanda tangani pakta pengendalian senjata nuklir pada 8 Desember 1987. Sumber: Xinhua / ZUMA Press/ Global Look Press/rt.com
Dikutip dari rt.com, Sabtu, 3 Agustus 2019, Gorbachev mengatakan pihaknya saat ini berharap Washington mau membalikkan keadaan dan merevisi keputusannya. Amerika Serikat sebelumnya menuding Rusia telah menciderai pakta pengendalian senjata nuklir jarak jauh dengan mengembangkan sebuah rudal. Tuduhan Amerika Serikat itu dibantah Negara Beruang Merah tersebut dan sebaliknya menuding Washington karena tidak berkomitmen pada kesepakatan.
Moskow melihat penyebaran sistem pertahanan anti-rudal Amerika ke Eropa, yang dapat dengan mudah digunakan untuk menembakkan rudal nuklir jarak menengah adalah pelanggaran terhadap pakta tersebut.
Dalam pakta pengendalian senjata nuklir jarak jauh, Amerika Serikat dan Rusia sepakat untuk tidak mengembangkan senjata nuklir, memproduksi atau mengerahkan landasan rudal atau kapal landasan rudal dengan jarak tempuh 500 kilometer – 5.500 kilometer.