TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Amerika Serikat pada Jumat, 2 Agustus 2019, untuk benar-benar menarik diri dari pakta pengendalian senjata nuklir disayangkan sejumlah pihak. Washington mengambil keputusan itu setelah yakin kalau Moskow menciderai pakta tersebut, dimana tuduhan ini berulang kali disangkal oleh Kremlin.
"Sebuah kesalahan serius telah dibuat Washington," tulis Kementerian Luar Negeri Rusia seperti dikutip dari reuters.com, Sabtu, 3 Agustus 2019, Washington.
Sikap serupa juga diperlihatkan Jens Stoltenberg, Sekjen NATO yang mengatakan pihaknya tidak ingin ada sebuah perlombaan senjata baru. Sebelumnya Stoltenberg sudah menyetujui paket langkah-langkah defensif untuk mencegah Rusia yang akan diukur dan hanya akan melibatkan senjata konvensional.
"Penghinaan mereka terhadap sistem internasional berbasis aturan telah mengancam keamanan Eropa," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab lewat Twitter.
Sejumlah pejabat Eropa telah menyuarakan keprihatinan mereka bahwa jika pakta pengendalian senjata nuklir Amerika Serikat - Rusia mati suri, maka itu Eropa bisa kembali menjadi sebuah arena pertempuran senjata nuklir dan pembangunan rudal-rudal jarak menengah oleh Rusia dan Amerika Serikat.
Terkait sikap Amerika Serikat menarik diri dari pakta ini, beberapa pejabat tinggi negara itu mengatakan Amerika Serikat tinggal beberapa bulan lagi dari rencana melakukan uji coba pertamanya meluncurkan rudal jarak menengah yang bisa menjadi sebuah balasan bagi Rusia.
Amerika Serikat sebenarnya telah memberikan sinyalemen akan keluar dari pakta pengendalian senjata nuklir ini sejak enam bulan lalu, kecuali Moskow memegang komitmennya pada kesepakatan ini. Rusia menyebut sikap Amerika Serikat ini sebagai taktik agar negara itu bisa mengembangkan rudal-rudal baru.