TEMPO.CO, Jakarta - Kabar Otoritas Cina menerbitkan perintah agar restoran halal di negara itu mencopot tulisan arab atau simbol terkait Islam pada papan nama restoran mereka, segera menuai kritikan. Analis mengatakan Partai Komunis sangat khawatir terhadap pengaruh asing yang bisa membuat kelompok-kelompok agama yang ada di Cina jadi sulit dikendalikan.
"Arab dipandang sebagai sebuah bahasa asing dan pengetahuan tentang itu sekarang dilihat sebagai sesuatu yang di luar kontrol Beijing. Itu juga dipandang terkait dengan bentuk kesalehan internasional atau di mata negara dan ekstremisme agama. Mereka ingin Islam di Cina beroperasi khususnya dalam bahasa mandarin," kata Darren Byler, antropologis dari Universitas Washington, yang mempelajari Xinjiang.
Logo halal di restoran Cina di ganti dengan bahasa mandarin. Sumber: Reuters/bangkokpost.com
Dikutip dari bangkokpost.com, Kamis, 1 Agustus 2019, masih belum diketahui pasti apakah setiap restoran di penjuru ibu kota Beijing telah diperintahkan menutup tulisan Arab dan simbol-simbol Islam lainnya.
Beberapa toko besar yang dikunjungi oleh Reuters telah diganti logo halal dengan bahasa mandarin, yakni "qing zhen" atau halal. Sedangkan beberapa toko lainnya memilih menutup tulisan arab dan gambar terkait Islam dengan lakban.
Komite pemerintah daerah Beijing urusan agama menolak berkomentar dan hanya mengatakan perintah tentang restoran halal adalah arahan nasional.
Sebelumnya pada Kamis malam, 31 Juli 2019, Fahmi Rizanul Amrullah, Wakil Rois Syuriyah PCINU Cina menyebut beberapa restoran masih menggunakan logo halal dalam tulisan arab.
Fahmi mendatangi sejumlah pusat makanan halal di ibu kota Beijing pada Kamis malam, 31 Juli 2019, seperti di daerah Sanlitun Chaoyang Distrik dan Western Mahua Beijing sebagai warung cepat saji yang memiliki cabang di seluruh Cina dan buka 24 jam. Di sana, logo halal masih terpasang.