TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump dilaporkan meraup dana kampanye sebesar US$ 500 ribu atau Rp 7 miliar dari hasil penjualan sedotan plastik.
Sedotan, yang diukir dengan laser dengan nama tulisan "Trump", telah dijual sejak 19 Juli, dengan gelombang pertama terjual habis dalam beberapa jam.
Sedotan plastik sejauh ini menghasilkan US$ 460.000 (Rp 6,4 miliar) menurut manajer kampanye Trump, Brad Parscale, dikutip dari Sky News, 31 Juli 2019.
Deskripsi di situs web mengatakan bahwa sedotan kertas yang disebut "sedotan liberal" yang lebih ramah lingkungan "tidak berfungsi" dengan baik.
Parscale mengatakan ide untuk sedotan Trump muncul ketika sedotan kertas yang dia gunakan untuk minum es teh robek.
Di Twitter, Pascale mengatakan ia berharap melihat pendukung Trump menggunakan sedotan, menulis twit dengan tagar "#MakeStrawsGreatAgain".
Sedotan plastik berharga US$ 15 (Rp 210 ribu) untuk satu paket berisi 10 sedotan, dan situs kampanye mengatakan sedotan dapat digunakan kembali dan didaur ulang.
Uang yang diperoleh dari penjualan sedotan plastik akan digunakan oleh tim Trump untuk masa jabatan kedua pada tahun 2020.
Sedotan kertas menjadi lebih populer setelah kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dari organisasi seperti Sky's Ocean Rescue dan kelompok lingkungan seperti Extinction Rebellion.
I’m so over paper straws. #LiberalProgress
This is exactly what they would do to the economy as well. Squeeze it until it doesn’t work. pic.twitter.com/zKfiZiSHV5
— Brad Parscale (@parscale) July 18, 2019
Pada bulan Mei, Menteri Lingkungan, Pangan dan Urusan Pedesaan Inggris saat itu, Michael Gove, melarang penggunaan sedotan plastik dan kapas di Inggris. Larangan mulai berlaku pada April 2020.
Pengecualian telah dibuat untuk mereka yang cacat yang akan dapat membeli sedotan plastik dari apotek terdaftar dan memintanya di restoran, bar dan kafe.
Mirip dengan larangan kantong plastik, sedotan plastik mendapat kecaman atas potensi kerusakan yang dapat ditimbulkannya terhadap lingkungan karena tidak dapat terurai secara alami.
Menurut laporan Fox Business, Seattle adalah salah satu kota di AS pertama yang melarang penggunaan sedotan plastik, bergabung dengan seperti San Francisco, New York dan Washington DC. Sejumlah perusahaan besar, termasuk Starbucks dan McDonalds, juga mengatakan tidak lagi menggunakan sedotan.
Pada Jumat kemarin, Donald Trump mengatakan ketika muncul masalah plastik, di mana ada masalah lebih besar dari penggunaan barang plastik.
"Anda tahu, ada yang menarik tentang sedotan plastik: Jadi, Anda punya sedotan kecil, tetapi bagaimana dengan piring, pembungkus, dan segala sesuatu yang jauh lebih besar dan terbuat dari bahan yang sama?" katanya.
"Semua orang fokus pada sedotan. Ada banyak hal lain untuk difokuskan," kata Donald Trump, merespons kritikan penggunaan sedotan plastik untuk kampanye pilpresnya.