TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Luar Negeri RI, A. M. Fachir, mengingatkan pentingnya persatuan dan upaya bersama negara anggota OKI dalam memajukan perdamaian dan dialog guna menciptakan kondisi dunia yang lebih baik.
“Jangan ada ruang untuk selisih paham untuk mengatasi Islamophobia dan tindak diskriminasi pada sesama Muslim,” ujar Fachir dalam Pertemuan perdana Kelompok Kerja Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk Perdamaian dan Dialog.
Wamenlu mendorong pertemuan pertama Kelompok Kerja OKI yang dilaksanakan di Jakarta untuk menyiapkan dasar-dasar rencana aksi bersama agar OKI memiliki strategi bersama dalam menghadapi perselisihan antar umat beragama.
Ia menekankan pula bahwa OKI harus selalu menjadi bagian dari solusi untuk masalah-masalah yang mengemuka di dunia saat ini. Ia pun meminta negara OKI melakukan dialog yang konstruktif dan menggunakan cara-cara damai dalam menyelesaikan masalah.
Wakil Menteri Luar Negeri, A. M. Fachir, saat membuka acara KTT OKI di Jakarta. sumber: dokumen Kementerian Luar Negeri RI
Pertemuan perdana Kelompok Kerja Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk Perdamaian dan Dialog telah dilaksanakan di Jakarta pada 29-30 Juli 2019. Pertemuan telah berhasil menyusun Rencana Aksi Bersama untuk Perdamaian dan Dialog.
Wakil Sekjen OKI bidang Hubungan Politik, Yousef M. AlDobeay, yang menjadi pimpinan pertemuan, menyampaikan apresiasi atas peran utama Indonesia mendorong penciptaan Kelompok Kerja OKI untuk Perdamaian dan Dialog dan menjadi tuan rumah pertemuan pertama kelompok kerja tersebut.
Dokumen rencana aksi diantaranya berisikan tujuan dan bentuk aktivitas yang dapat dijalankan negara anggota OKI untuk mendorong perdamaian dan dialog dalam bentuk pendidikan, seminar, studi bersama, dan rencana kerja sama dengan sejumlah Badan PBB dan organisasi regional.
Pertemuan kelompok kerja OKI untuk Perdamaian dan Dialog merupakan mandat dari hasil pertemuan Menteri Luar Negeri OKI ke-46 yang berlangsung di Abu Dhabi pada Maret lalu. Pertemuan OKI di Jakarta terakhir kali diselenggarakan pada Maret 2016 atau saat Indonesia menjadi tuan rumah KTT Luar Biasa OKI untuk Palestina dan Al-Quds Al-Sharif dan November 2018 saat Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan perdana Kepala Otoritas Pengawas Obat dan Makanan OKI.