TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah remaja laki-laki yang bunuh diri di Singapura pada 2018 menyentuh rekor tertinggi. Pada tahun lalu, tercatat 19 remaja laki-laki usia 10 – 19 tahun bunuh diri atau tertinggi sejak 1991.
Data dari Samaritans of Singapore (SOS) memperlihatkan pada 2017, remaja laki-laki yang bunuh diri sebanyak tujuh orang. Total jumlah kasus bunuh diri secara keseluruhan pada 2018 juga dilaporkan naik, yakni 397 kasus atau 36 kali lebih besar dibanding 2017.
Dari data statistik yang dipublikasikan ini, maka ada 8.36 bunuh diri per 100 ribu penduduk Singapura atau naik dari 7.74 pada 2017.
SOS memperingatkan prevalansi bunuh diri di kalangan anak muda dan laki-laki telah menjadi kekhawatiran mengingat bunuh diri masih menjadi penyebab kematian dikalangan anak muda usia 10 tahun sampai 29 tahun. Pada tahun lalu, total tercatat ada 94 anak muda yang memilih mengakhiri hidup mereka.
Ilustrasi bunuh diri. Shutterstock
Dari setiap 10 anak muda yang meninggal, enam orang karena bunuh diri. SOS tidak memaparkan bunuh diri dikalangan remaja perempuan.
“Anak muda zaman sekarang punya kesadaran yang lebih besar terhadap situasi dimana mereka merasa kesepian dan tak berdaya. Jadi, ini sangat membingungkan mengetahui banyak anak muda merasa tak didukung pada periode-periode sulit mereka dan melihat bunuh diri sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri penderitaan dan kesulitan,” kata Wong Lai Chun, Direktur Asisten Senior SOS.
Dalam data statistik, SOS menemukan remaja laki-laki yang menelepon ke lembaga itu untuk meminta pertolongan naik 30 persen dan 27 persen melakukan layanan via surat elektronik. Pandangan sosial yang menuntut laki-laki lebih kuat dan mampu menghadapi setiap tantangan bisa menjadi pencegah bagi remaja laki-laki dari upaya mencari bantuan. Pada tahun lalu, setiap 10 kasus bunuh diri, tujuh orang adalah laki-laki.
