TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memprediksi kemungkinan tidak ada kesepakatan dalam proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau no-deal Brexit. Proyeksi ini muncul setelah Uni Eropa yang disebut Johnson keras kepala menolak bernegosiasi atas perceraian Inggris dari lembaga terbesar di Benua Biru itu.
Dikutip dari reuters.com, Senin, 29 Juli 2019, ke-27 negara anggota Uni Eropa kompak satu suara bahwa penyelesaian perceraian Inggris dari Uni Eropa termasuk soal perbatasan Inggris dan Irlandia, bukan barter. Banyak diplomat di Uni Eropa mengatakan proyeksi Johnson itu kemungkinan bisa terjadi.
Johnson mengatakan kepada para pemimpin Uni Eropa dia siap duduk bersama untuk membahas Brexit kapan pun Uni Eropa siap bertukar kesepakatan perceraian. Jika tidak, maka Inggris bersiap meninggalkan Uni Eropa meski tanpa kesepakatan. Diantara kesepakatan Brexit yang muncul dan masih diperdebatkan adalah unifikasi Irlandia dan Irlandia Utara, dimana Irlandia Utara di bawah kendali pemerintah Inggris
“Pasti ada sejumlah perubahan dari Uni Eropa dan jika Uni Eropa tidak berniat untuk keluar dari posisi mereka, maka kita harus siap untuk memberikan negara ini sejumlah kepastian,” kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, seperti dikutip dari reuters.com, Senin, 29 Juli 2019.
Raab mengatakan Inggris menginginkan sebuah kesepakatan, namun berulangkali terbentur oleh sikap keras kepala Uni Eropa. Uni Eropa memiliki nilai ekonomi US$ 15.9 trilun atau enam kali lebih besar dari Inggris dan Inggirs harus membayar uang cerai atau denda 39 miliar pound atau Rp 704 triliun saat negara itu meninggalkan Uni Eropa 31 Oktober mendatang.
Masyarakat Inggris menggelar referendum keluarnya negara itu dari Uni Eropa atau Brexit pada 2016. Dari jumlah suara yang masuk, 52 persen suara menginginkan Brexit dan 48 persen suara ingin Inggris tetap menjadi anggota Uni Eropa. Masyarakat Skotlandia dan Irlandia Utara, memberikan suara agar Inggris bertahan di Uni Eropa, sedangkan Wales dan England, meminta Inggris angkat kaki dari organisasi terbesar di benua biru itu.