Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sosok Presiden Tunisia Pasca Arab Spring, Beji Caid Essebsi

image-gnews
Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi.[REUTERS]
Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi.[REUTERS]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi, pemimpin yang membawa Tunisia menuju demokrasi pasca Arab Spring 2011, meninggal pada usia 92 tahun.

Essebsi meninggal di rumah sakit militer di Tunis. Tidak ada keterangan penyebab kematian dalam pernyataan yang dirilis pemerintah.

Dia dirawat di rumah sakit bulan lalu dengan penyakit yang tidak diungkapkan.

Dalam karir politik lebih dari 60 tahun, Essebsi adalah satu-satunya politisi senior di Tunisia yang memegang jabatan politik dalam demokrasi baru serta di bawah kediktatoran Habib Bourguiba sebelumnya, yang menjadi presiden setelah negara itu memperoleh kemerdekaan dari Perancis, dan Zine el-Abidine Ben Ali, yang akhirnya digulingkan, menurut New York Times, 26 Juli 2019.

Pernyataan pemerintah menggambarkan Essebsi sebagai salah satu dari tokoh besar di Tunisia dan salah satu dari mereka yang berkontribusi paling besar dalam membangun Tunisia.

Parlemen bertemu pada hari Kamis untuk membahas apa yang terjadi selanjutnya. Sementara itu, ketua Parlemen, Mohamed Ennaceur, akan mengambil alih kepresidenan, katanya dalam sebuah pengumuman.

Essebsi keluar dari masa pensiunnya tahun 2011 menjadi perdana menteri sementara sampai pemilihan majelis konstituante, setelah pemberontakan yang mengakhiri kekuasaan 23 tahun Ben Ali.

Pemberontakan di Tunisia memicu protes antipemerintah dan pemberontakan di seluruh Afrika Utara dan Timur Tengah yang dikenal sebagai Arab Spring.

Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi.[REUTERS]

Pada 2014, Essebsi menjadi presiden Tunisia pertama yang terpilih dalam pemilihan yang bebas dan adil. Dia masih menjabat saat meninggal. Tahun ini, ia telah mengumumkan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri dalam pemilu bulan November, dan mengatakan seseorang yang lebih muda harus mengambil alih kepresidenan.

Lahir pada 29 November 1926, di Sidi Bou Said, sebuah desa di puncak tebing di utara Tunis, Essebsi menjadi pengacara di Paris.

Dia menjadi sekutu dekat Bourguiba, membela dia dan tahanan lainnya selama perjuangan kemerdekaan Tunisia dari Prancis pada 1950-an. Ketika Bourguiba menjadi presiden pertama Tunisia setelah kemerdekaan diperoleh pada tahun 1956, Essebsi menjabat sebagai direktur keamanan, menteri dalam negeri, menteri pertahanan dan kemudian menteri luar negeri.

Bertahun-tahun kemudian, ia dikritik oleh Komisi Kebenaran dan Kehormatan Tunisia, yang dibentuk setelah revolusi 2010 untuk menyelidiki pelanggaran selama tahun-tahun kediktatoran. Komisi tersebut menuduhnya dalam pelanggaran hak asasi manusia pada tahun 1963, ketika ia menjabat direktur keamanan nasional dan berurusan dengan upaya kudeta militer terhadap Bourguiba.

Laporan komisi mengatakan bahwa Essebsi telah mengawasi persidangan yang tidak adil terhadap lawan-lawan Bourguiba, yang dijalankan oleh hakim yang tidak independen.

Seorang saudara lelaki Essebsi, Slaheddine Caid Essebsi, juga disebutkan dalam laporan sebagai hadir di persidangan sebagai pengacara yang ditunjuk pemerintah. Tidak ada orang yang mengomentari temuan laporan.

Sepanjang hidupnya, Essebsi tetap mengabdi pada Bourguiba, melihatnya sebagai pahlawan dan penuntun. Dia menulis sebuah buku tentangnya, "Habib Bourguiba: The Wheat and the Chaff," diterbitkan pada 2009.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di bawah penerus Bourguiba, Ben Ali, Essebsi secara singkat menjadi kepala Parlemen, tetapi ia pensiun dari politik pada tahun 1994, sebelum pemerintahan Ben Ali yang korup dan semakin otoriter dan menangkap atau menyiksa para pembangkang politik.

Ketika Ben Ali digulingkan pada Januari 2011 dan melarikan diri ke Arab Saudi bersama keluarganya, Essebsi diangkat sebagai perdana menteri sementara, dipilih karena pengalaman pemerintahannya dan reputasinya yang relatif positif.

Sebagai seorang pemimpin sementara, ia menunjukkan sikap yang adil dalam mengarahkan negara melalui transisi menuju demokrasi, menjalankan pemilihan umum yang adil untuk majelis konstituante dan menyerahkan kekuasaan secara bebas setelah itu kepada pemerintah yang dipimpin oleh partai Islam yang sebelumnya dilarang, Ennahda.

Essebsi kemudian membantu mendirikan partai politik sekuler, Nidaa Tounes, atau Call for Tunisia. Setelah dua pembunuhan politik pada tahun 2013 memicu protes, ia memimpin gerakan untuk menggulingkan pemerintah Islam yang semakin tidak populer.

Berbeda dengan Mesir, di mana militer merebut kekuasaan dan menindak keras para Islamis terpilih di negara itu, Tunisia berhasil bernegosiasi jika ada transfer kekuasaan, terutama berkat Essebsi.

Di puncak ketegangan pada 2013, ketika Tunisia terhuyung-huyung di tepi perselisihan sipil, ia memecahkan kebuntuan politik dengan mengadakan serangkaian pertemuan pribadi dengan Rached Ghannouchi, pemimpin Ennahda, yang telah kembali dari pengasingan selama pemerintahan Ben Ali. Kedua nya terus bertemu sejak itu.

Bagi kaum revolusioner muda yang menjatuhkan Ben Ali, Essebsi mewakili kembalinya pemerintahan lama dan cara-cara lama dalam melakukan sesuatu. Dia dikritik karena mengeluarkan undang-undang rekonsiliasi yang memberikan amnesti kepada mantan pejabat dan pegawai negeri sipil di era Ben Ali.

Sosok mungil Essebsi muncul sebagai politisi cerdik dengan pengalaman dan tekad untuk mengalahkan lawan-lawannya.

"Kami beruntung kami tidak memiliki pasukan yang kuat," katanya mengesampingkan peran militer.

Tetapi dia membuat solusi demokratis dengan kesiapannya, sebagai seorang sekularis yang yakin, untuk mengakui hak kaum Islamis untuk mendapat tempat dalam politik Tunisia dan untuk terlibat dengan mereka.

Partainya memenangkan kursi terbanyak dalam pemilihan parlemen Oktober 2014, menyerukan para pemilih untuk memilih sebagai taktik melawan kaum Islamis. Tetapi dia kemudian membentuk pemerintah persatuan, memberikan Ennahda satu pos kabinet.

Essebsi meninggalkan istrinya, Chadlia Saïda Caïd Essebsi, dan empat anak, di antaranya adalah politisi Hafedh Caid Essebsi, yang mengambil alih kepemimpinan partainya.

Masih pulih dari kediktatoran 60 tahun, masyarakat Tunisia tetap retak. Secara politis, kaum sekuler, termasuk kaum vokal kiri dan nasionalis Arab, bersaing dengan Islamis, yang memenangkan sekitar 28 persen suara dalam pemilihan legislatif 2014. Secara sosial, seorang elit kaya tinggal di kota-kota pesisir yang jauh dari daerah-daerah pedalaman yang miskin dan terbelakang, tempat revolusi dimulai dan di mana kerusuhan terus berlanjut.

Essebsi telah menyerukan rekonsiliasi dengan menekankan patriotisme di atas politik partai. Di antara proyek-proyek yang ditinggalkan Beji Caid Essebsi untuk Tunusia yang belum selesai adalah rencana untuk patung Hannibal di Carthage.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tinjauan Psikologi Demokrasi: Siapa Yang Sebenarnya Peduli dengan Demokrasi?

22 hari lalu

Ilustrasi pemilu. REUTERS
Tinjauan Psikologi Demokrasi: Siapa Yang Sebenarnya Peduli dengan Demokrasi?

Setelahnya, muncullah institusi-institusi demokrasi yang kemudian berkembang pesat di Amerika Latin dan Afrika sub-Sahara.


Dituduh Teroris karena Keluhkan Harga Pisang, Pesepak Bola Tunisia Tewas Bakar Diri

15 April 2023

Nizar Issaoui. Foto : Facebook/Reproduo
Dituduh Teroris karena Keluhkan Harga Pisang, Pesepak Bola Tunisia Tewas Bakar Diri

Polisi Tunisia menuduh pesepak bola Nizar Issaoui melakukan aksi terorisme.


Serikat Buruh Tunisia Demo Besar anti-Pemerintah, Ingatkan Arab Spring 2011

4 Maret 2023

Pendukung Serikat Buruh Umum Tunisia (UGTT) memprotes Presiden Kais Saied, menuduhnya mencoba mengekang kebebasan, termasuk hak berserikat, di Tunis, Tunisia 4 Maret 2023. REUTERS/Zoubeir Souissi
Serikat Buruh Tunisia Demo Besar anti-Pemerintah, Ingatkan Arab Spring 2011

Buruh Tunisia menggelar unjuk rasa besar di ibukota Tunis menentang Presiden Kais Saied, yang dianggap merusak demokrasi hasil reformasi Arab Spring


Dari Kamp Palestina sampai Kanjuruhan, Manfaat Senjata Gas Air Mata Dipertanyakan

3 Oktober 2022

Warga Palestina ditembaki gas air mata saat aksi protes terhadap permukiman Yahudi di desa al-Mughayer di Tepi Barat, 1 Februari 2019. REUTERS/Mohamad Torokman
Dari Kamp Palestina sampai Kanjuruhan, Manfaat Senjata Gas Air Mata Dipertanyakan

Hampir tidak ada skenario di mana penggunaan gas air mata masuk akal untuk pengendalian massa, apalagi melindungi keselamatan publik.


Reaksi Kimia Gas Air Mata, Ini yang Mungkin Dialami Korban Tragedi Kanjuruhan

3 Oktober 2022

Sejumlah penonton membawa rekannya yang pingsan akibat sesak nafas terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan saat kericuhan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu, 1 Oktober 2022. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Reaksi Kimia Gas Air Mata, Ini yang Mungkin Dialami Korban Tragedi Kanjuruhan

Gas air mata adalah gas yang menyakitkan karena secara langsung mengaktivasi reseptor-reseptor saraf yang membuat kita bisa merasakan sakit.


Arab Spring dan Proses Demokratisasi Dunia Arab yang Dipicu Demonstrasi Massa

14 Januari 2022

REUTERS/ Finbarr OReilly
Arab Spring dan Proses Demokratisasi Dunia Arab yang Dipicu Demonstrasi Massa

Pada awalnya, gerakan Arab Spring ini bermula di Tunisia dan Mesir pada 18 Desember 2010. Setelah itu, gerakan ini menjalar ke banyak negara tetangga.


Tumbangnya Presiden Tunisia Zine Ben Ali dan Cikal Bakal Arab Spring

14 Januari 2022

Presiden Tunisia Zine el Abidine Ben Ali melambai kepada para pendukung setelah ia dilantik di majelis nasional di Tunis, 12 November 2009. [REUTERS / Zoubeir Souissi]
Tumbangnya Presiden Tunisia Zine Ben Ali dan Cikal Bakal Arab Spring

Ben Ali menjabat Presiden Tunisia sampai 2011. Ia digulingkan rakyatnya dan penggulingan terhadap Ben Ali menjadi salah satu cikal bakal Arab Spring.


Putra Eks Penguasa Libya Muammar Gaddafi Maju Pilpres, Siapa Saif Gaddafi?

16 November 2021

Saif al-Islam Gaddafi, putra mantan Presiden Libya Muammar Gaddafi. Sumber: Reuters
Putra Eks Penguasa Libya Muammar Gaddafi Maju Pilpres, Siapa Saif Gaddafi?

Putra mantan penguasa Libya Muammar Gaddafi, Saif al-Islam Gaddafi, muncul ke hadapan publik untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir.


Mantan Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika Meninggal

18 September 2021

Presiden Abdelaziz Bouteflika bertepuk tangan saat upacara pelantikan di Aljeria 28 April 2014. [REUTERS / Louafi Larbi]
Mantan Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika Meninggal

Mantan Presiden Abdelaziz Bouteflika seorang veteran perang kemerdekaan Aljazair, telah memerintah Aljazair selama 20 tahun wafat pada Jumat.


Adu Domba Jadi Pelarian Pemuda Tunisia dari Pengangguran dan Pandemi

22 Juni 2021

Orang-orang menonton adu domba jantan di distrik Bab Souika, dekat Kota Tua Tunis, Tunisia 13 Juni 2021. Gambar diambil 13 Juni 2021. [REUTERS/Zoubeir Souissi]
Adu Domba Jadi Pelarian Pemuda Tunisia dari Pengangguran dan Pandemi

Dari balik kota tua Tunis yang berdebu, para pemuda Tunisia melepaskan penat krisis lapangan pekerjaan dan pandemi Covid-19 dengan adu domba.