TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai asal Korea Utara Air Koryo pada bulan depan akan membuka penerbangan langsung dari Pyongyang ke kawasan perjudian Makau. Rute ini akan menjadi rute penerbangan internasional keempat bagi Air Koryo, sebuah maskapai BUMN Korea Utara.
Dikutip dari edition.cnn.com, Kamis, 25 Juli 2019, Air Koryo saat ini telah melayani rute penerbangan ke Beijing dan Shanghai di Cina serta ke kota Vladivostok di Rusia. Ketiga kota itu, lebih dekat dengan Korea Utara ketimbang Pyongyang ke Makau yang secara geografis lebih dekat dengan Hong Kong. Makau terletak di wilayah selatan Cina.
Menurut Badan Otoritas Penerbangan Sipil Makau, Air Koryo akan membuka rute penerbangan Cina – Makau dua kali dalam sepekan terhitung mulai 2 Agustus 2019. Namun dalam keterangan itu, otoritas penerbangan Macau tidak menjelaskan jenis pesawat yang digunakan Air Koryo untuk melayani penerbangan ini.
Simon Cockerell dari Koryo Tours mengatakan Korea Utara diyakini hanya mengoperasikan lima pesawat yang melayani penerbangan ke Cina. Koryo Tours merupakan perusahaan biro perjalanan yang membantu wisatawan luar negeri bertamasya ke Korea Utara.
Maskapai asal Korea Utara Air Koryo akan memulai penerbangan langsung Cina - Makau pada Agustus mendatang. sumber: edition.cnn.com
Kawasan perjudian Makau dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi salah satu tujuan wisata di kalangan turis Asia menyusul investasi besar-besaran di kota industri itu. Kota Macau yang bersebelahan dengan Hong Kong berstatus daerah istimewa dan menjadi satu-satunya tempat di Cina dimana judi adalah hal yang diperbolehkan.
Rute penerbangan Pyongyang – Makau akan menghubungkan salah satu negara termiskin di dunia itu dengan kawasan perjudian paling terkenal di dunia. Muncul dugaan rute penerbangan ini bakal dimanfaatkan untuk memfasilitasi kalangan muda Korea Utara atau orang kaya di negara itu yang sekarang tumbuh di bawah kepemimpinan Kim Jong Un.
Rute baru ini dikhawatirkan akan disorot oleh otoritas di Washington yang memantau penerapan sanksi ekonomi ke Korea Utara sebagai hukuman bagi negara itu yang tetap menjalankan program senjata nuklirnya. Sebelumnya Pyongyag dituding telah memanfaatkan Makau sebagai tempat untuk menggelapkan aktivitasnya di luar negeri. Kasus paling geger, yakni pada 2006 ketika Amerika Serikat menuding rezim Kim Jong Un II menggunakan Banco Delta Asia yang bermarkas di Makau sebagai tempat pencucian uang jutaan dolar dan membantu transaksi jual-beli barang-barang palsu.
