TEMPO.CO, Jakarta - Rumah keluarga Nguyn Th Liên di distrik Nghi Lc, Provinsi Ngh An, Vietnam, pada Kamis sore, 18 Juli 2019, mendadak dikerumuni warga. Usut punya usut, pada hari itu rupanya terjadi sebuah momen haru, yakni pertemuan pertama ibu dan anak setelah terpisah selama 24 tahun.
Dikutip dari asiaone.com, Selasa, 23 Juli 2019, Nguyn Th Liên berpisah dari putrinya yang bernama Lê Th Lan ketika Th Lan menjadi korban perdagangan manusia yang dijual ke Cina. Warga yang menyaksikan pertemuan itu ikut larut dalam harunya pertemuan ibu - anak.
"Saya fikir saya tidak akan pernah melihatnya lagi. Saya tak bisa tidur semalaman karena saya terus teringat akan bertemu putri saya yang kembali setelah menjadi korban perdagangan manusia," kata Th Liên, 69 tahun, sambil menangis.
Hilang 2 Hari, Bocah Tenggelam di Kali Bekasi Telah Ditemukan
Th Liên mengatakan dia dan keluarganya berterima kasih kepada media yang telah membantu menyebarkan berita pertemuannya dengan putrinya. Nguyn Th Thu, tetangga Th Liên mengatakan dia dan warga sekitar juga tak menyangka kalau Th Lan masih hidup.
Th Lan adalah putri tertua dari enam bersaudara. Keluarga Th Liên merupakan sebuah keluarga miskin di Vietnam. Th Lan masih berusia 19 tahun saat dia bekerja sebagai buruh di kota Ngha àn untuk membantu perekonomian keluarga.
Seorang Mahasiswi Unpad Hilang, Rekan dan Kampus Lapor ke Polisi
Thi Lan hilang setelah dia dibohongi dan dibawa ke Provinsi Thanh Hóa sebelum akhirnya dikirim ke Provinsi Guangxi, Cina. Di sana, Thi Lan dijual pada seorang laki-laki berusia 65 tahun sebesar S$ 410 atau sekitar Rp 4,2 juta. Setelah 13 tahun hidup bersama laki-laki tersebut, Thi Lan melahirkan total empat anak, yakni tiga perempuan dan satu putra.
Selama hidup bersama laki-laki tersebut, Thi Lan sering mengalami tindak kekerasan. Dia berulang kali mencoba kabur, namun selalu tertangkap. Dia bahkan pernah dikunci dalam sebuah kamar gelap. Tak hanya itu, Thi Lan juga diberi narkoba yang berefek dia kehilangan ingatannya secara perlahan.
Thi Lan lalu dijual pada laki-laki lain, 43 tahun, dan terhitung sudah tinggal bersama laki-laki itu selama 11 tahun. Beruntung, laki-laki ini memperlakukannya dengan baik. Dia pun meminta izin pada laki-laki agar mengizinkannya pulang ke Vietnam dan dia pun mengizinkannya, bahkan memberikan sejumlah uang. Namun niat pulang kampung ini tak pernah terwujud.
Hingga pada awal Juli 2019, Thi Lan bertemu seorang perempuan asal Vietnam yang tinggal di Cina. Perempuan itu lalu membantu Thi Lan dengan mengunggah ke Facebook rekaman video tentang Thi Lan dengan harapan dia bisa segera mendapat nomor kontak keluarganya.
Thi Lan sudah tidak fasih lagi berbicara bahasa Vietnam. Namun dia masih ingat nama kedua orang tuanya, kampung halamannya dan keinginan besarnya untuk pulang ke rumah.
Rekaman video yang viral di Facebook itu lalu sampai pada keluarga Thi Lan. Setelah terkonfirmasi itu adalah Thi Lan, pihak keluarga lalu menghubunginya dan ikut membantu pemulihan ingatan Thi Lan.
Keluarga pun menghubungi polisi dengan harapan otoritas berwenang itu bisa melakukan upaya terbaik untuk memulangkan Thi Lan ke Vietnam secepatnya. Ayah Thi Lan sudah meninggal empat tahun lalu setelah terus kefikiran putrinya yang hilang dan penyakit yang di deritanya. Dia meninggal tanpa tahu suatu hari nanti putrinya pulang ke rumah.
Data statistik kriminal kepolisian memperlihatkan, di Provinsi Ngh An, Vietnam, setiap tahunnya ada sekitar 12 kasus hingga 14 kasus perdagangan manusia. Sekitar 90 persen korban dijual ke Cina dan dipaksa untuk bekerja sebagai pekerja seks atau menikahi laki-laki asing.