TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan masyarakat Hong Kong melakukan unjuk rasa di depan kantor perwakilan Cina di Hong Kong, Minggu, 21 Juli 2019. Unjuk rasa itu untuk meluapkan kemarahan menentang rancangan undang-undang atau RUU ekstradisi yang memungkinkan seluruh pelaku kriminal menghadapi peradilan di Cina.
RUU ini sangat ditentang karena Partai Komunis Cina diduga mengendalikan peradilan di Negara Tirai Bambu. Masyarakat Hong Kong juga melihat hal ini sebagai perluasan kebebasan oleh para politikus di Beijing.
Kenapa Taipan Hong Kong Enggan Dukung Kepala Ekskutif Carrie Lam?
Dikutip dari reuters.com, Minggu, 21 Juli 2019, total jutaan orang sudah turun ke jalan dalam dua bulan terakhir menentang Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam. Unjuk rasa besar-besaran ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Hong Kong karena dikhawatirkan bisa memicu gejolak sosial terburuk setelah Hong Kong dikembalikan Inggris ke Cina pada 22 tahun silam.
Dalam unjuk rasa Minggu, 21 Juli 2019, para aktivis dan masyarkat yang turun ke jalan menggunakan pakaian serba hitam dan masker. Mereka melawan perintah polisi dan melakukan aksi jalan dengan titik akhir di kantor perwakilan Cina di Hong Kong.
Polisi Hong Kong Temukan 2 Kg Bahan Peledak Jelang Demonstrasi
"Kami sedikit khawatir karena tidak banyak polisi yang mengamankan unjuk rasa ini. Apakah ini jebakan? Kami tidak akan mencoba menduduki (kantor perwakilan Cina), hanya mengelilinginya. Kami belum putuskan berapa lama akan bertahan dalam aksi hari ini," kata seorang aktivis.
Beberapa demonstran melempari telur mentah ke dinding kantor perwakilan Cina di Hong Kong. Beberapa orang juga terlihat memblokade jalan menuju ke sana hingga mengingatkan kejadian pada unjuk rasa 2014 lalu yang melumpuhkan sebagian wilayah Hong Kong.
Untungnya, unjuk rasa pada Minggu, 21 Juli 2019 berjalan damai dengan melalui jalur kantor-kantor pemerintahan Hong Kong. Unjuk rasa pada hari Minggu itu adalah aksi protes terbaru di Hong Kong yang memicu wilayah itu masuk dalam krisis politik.
Beberapa spanduk yang dibawa oleh demonstran bertuliskan 'pembohong' dan 'tidak ada alasan bagi Carrie Lame (Kepala EksekutifHong Kong)'. Ada pula sebuah poster yang ditempel menyerukan agar dilakukan investigasi atas kebrutalan polisi dalam menghadapi para demonstran yang menentang RUU ekstradisi.