TEMPO.CO, Jakarta - Presiden AS Donald Trump mengatakan tidak adil bagi Turki atau Amerika Serikat jika Amerika tidak dapat menjual jet tempur F-35 senilai miliaran dolar, setelah Turki membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia.
Turki mulai menerima pengiriman sistem pertahanan udara S-400 Rusia pekan lalu dan mengabaikan peringatan AS, bahwa pembelian itu berarti Pentagon akan mengeluarkannya dari program jet tempur siluman F-35 beserta sanksi.
Kekhawatiran Amerika beralasan. Pasalnya, penggunaan S-400 dan F-35 secara bersamaan akan memungkinkan Rusia untuk mendapatkan terlalu banyak informasi orang dalam dari sistem siluman.
Membeli peralatan militer dari Rusia juga membuat anggota NATO bertanggung jawab atas sanksi AS di bawah undang-undang 2017 yang dikenal sebagai Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act atau CAATSA, yakni undang-undang yang membatasi sekutu Amerika membeli peralatan militer musuh, dalam hal ini Rusia.
"Ini adalah situasi yang sangat sulit di mana mereka berada, dan ini adalah situasi yang sangat sulit di mana kita ditempatkan di Amerika Serikat...kita akan melihat apa yang terjadi. Tapi itu tidak benar-benar adil," kata Trump, seperti dikutip dari Reuters, 17 Juli 2019.
"Karena fakta bahwa Anda membeli rudal Rusia, kami tidak diizinkan menjual (F-35) senilai miliaran dolar. Ini bukan situasi yang adil," kata Trump, seraya menyesali banyak pekerjaan yang akan hilang akibat pembatalan pesanan.
"Saya akan mengatakan bahwa (produsen F-35) Lockheed tidak benar-benar bahagia," katanya.
Sementara calon Menteri Pertahanan yang ditunjuk Trump , Mark Esper, menegaskan kembali posisi lama Pentagon bahwa Turki tidak dapat memiliki S-400 dan F-35.
Esper bersaksi kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat pada hari Selasa bahwa ia mengatakan kepada menteri pertahanan Turki, "Anda dapat memiliki S-400 atau Anda dapat memiliki F-35. Anda tidak dapat memiliki keduanya."
"Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Trump sedang meninjau semua opsi yang ada dalam undang-undang CAATSA," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus.
"Saya pikir kita sudah cukup jelas ... apa akibatnya dan saya pikir Anda melihat konsekuensi itu hari ini ketika presiden berbicara tentang ketidakmampuan Turki sekarang untuk memiliki F-35," katanya.
"Karena ini berkaitan dengan opsi sanksi yang akan dipilih, kami tidak melihat dulu sanksi-sanksi itu."
Sistem rudal S-400. Sumber : Sputnik/RT.com
Jika Amerika Serikat membuang Turki dari program F-35 dan menjatuhkan sanksi, maka itu akan menjadi salah satu dari keretakan paling signifikan dalam sejarah hubungan antara kedua negara.
Banyak pejabat AS, berbicara dengan syarat anonim, khawatir bahwa Turki menjauh dari NATO dan mendekati Rusia.
Esper mengaku kecewa dengan keputusan Turki untuk membeli S-400.
"Ini tentu mengecewakan, itu kata-kata saya, sangat mengecewakan. Turki telah menjadi sekutu NATO yang telah lama berdiri, yang sangat cakap," katanya.
Presiden Donald Trump menyesali Turki akan dilarang membeli jet tempur F-35 Amerika setelah mengakuisisi sistem pertahanan udara Rusia, tetapi tidak menyebutkan sanksi bahwa AS secara hukum diharuskan untuk memberlakukan setelah Turki membeli peralatan Rusia.
Trump salah mengartikan perkembangan yang mengarah pada keputusan Turki untuk membeli sistem Rusia, menyalahkan pemerintahan Obama atas situasi tersebut.
Berbicara dari Gedung Putih, Trump mengeluhkan keputusan tersebut, mengatakan itu adalah kesalahan pemerintah sebelumnya karena menolak untuk menjual sistem serupa AS ke Turki.
Pernyataan Trump ini tidak akurat. AS telah bekerja untuk menjual Turki sistem rudal Patriot sejak 2013, tetapi Washington menolak keras permintaan transfer teknologi Turki.
Trump mengatakan keputusan untuk melarang penjualan F-35 adalah keputusan yang dibuatnya setengah hati.
"Kami sekarang memberi tahu Turki bahwa karena Anda benar-benar terpaksa membeli sistem rudal lain, kami tidak akan menjual kepada Anda jet tempur F-35," kata Presiden.
"Karena mereka memiliki sistem rudal (S-400) yang dibuat di Rusia, mereka sekarang membeli lebih dari 100 pesawat (F-35)," keluh Donald Trump.