TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Amerika Serikat heboh dengan mencuatnya rencana menyerbu Area 51 di negara bagian Nevada, Amerika Serikat (AS). Namun Angkatan Udara Amerika Serikat segera memberikan peringatan bagi mereka yang serius mencoba masuk ke wilayah terbatas tersebut.
"Area 51 adalah wilayah latihan terbuka bagi Angkatan Udara AS, dan kami meminta semua orang untuk tidak mendatangi area di mana kami melatih angkatan bersenjata Amerika. Kami selalu siap untuk melindungi Amerika dan asetnya," ujar seorang juru bicara Angkatan Udara Amerika Serikat.
Lebih dari satu juta orang telah mendaftar dalam sebuah ajang yang diunggah di Facebook mengajak masyarakat berkumpul di Area 51 pada September nanti untuk untuk melihat alien atau UFO. Unggahan itu rupanya hanyalah lelucon belaka.
"Halo pemerintah Amerika Serikat, ini adalah lelucon, dan saya tidak benar-benar bermaksud untuk melakukannya. Saya pikir ini akan jadi lucu dan akan memberikan saya sejumlah 'like' di internet," tulis si pengunggah di laman Facebooknya.
Ada Undangan ke Area 51 Amerika untuk Lihat Alien dan UFO
Angkatan Udara Amerika Larang Masyarakat Masuki Area 51, sebuah pangkalan militer milik Amerika Serikat. Sumber: Laura Rauch/AP
3 Peristiwa Pertemuan Manusia dengan UFO
Area 51 adalah sebuah pangkalan militer milik Amerika Serikat dengan tingkat kerahasiaan tertinggi. Saking rahasianya, pada 2013 Angkatan Udara Amerika Serikat baru mengakui Area 51 adalah pangkalannya.
Tingginya kerahasiaan Area 51 menimbulkan kemunculan banyak teori konspirasi, seperti teori bahwa tempat tersebut digunakan sebagai penyimpanan alien. Terlebih Area 51 merupakan tempat di mana puing-puing benda terbang tak dikenal atau UFO disimpan pada 1951.
Namun, pada 2013 badan intelijen Amerika Serikat CIA mengonfirmasi Area 51 adalah tempat uji coba persenjataan Amerika Serikat. Salah satu persenjataan yang dikembangkan dan diujicoba di Area 51 adalah pesawat mata-mata U-2.
Meskipun demikian, bukan berarti Washington tidak memiliki ketertarikan dengan makhluk asing dari luar angkasa. Seperti dilansir CNN, pemerintah Amerika Serikat telah menghabiskan 22 juta dolar AS atau sekitar Rp 306 miliar.
RISANDA ADHI PRATAMA | CNN | CNET