TEMPO.CO, Kuala Lumpur -- Pemerintahan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mewarisi sejumlah proyek infrastruktur berskala besar, yang dikerjakan bersama sejumlah perusahaan asal Cina.
Baca juga: Wawancara Mahathir Mohamad: Utang kepada Cina Terlalu Besar
Nilai pengerjaan proyek-proyek ini diduga mengalami penggelembungan. Mahathir mencoba menegosiasikan ulang nilai proyek ini dengan pemerintah Cina pada 2018. Berikut ini beberapa proyek infrastruktur besar itu:
- Proyek Jalur Kereta Api
Proyek East Coast Rail Link atau Proyek Jalur Kereta Api Pantai Timur ini awalnya dipatok dengan nilai US$20 miliar atau sekitar Rp278 triliun. Proyek ini dikerjakan oleh perusahaan China Communication Construction Company.
Sejumlah pekerja Cina yang telah datang ke lokasi aksinya dipulangkan karena pengerjaan proyek ini tidak jelas. Belakangan ada kabar proyek ini akan dikerjakan oleh perusahaan lain asal Cina dengan nilai hanya US$2.4 miliar atau sekitar Rp33.4 triliun atau 12 persen dari nilai awal.
Baca juga: Mahathir Peringatkan Filipina Jangan Terjerat Jebakan Utang Cina
- Proyek Pipanisasi
Ada dua proyek pipanisasi minyak dan gas yang dikerjakan dengan nilai total sekitar US$2.3 miliar atau sekitar Rp32 triliun. Proyek ini dikerjakan oleh China Petroleum Pipeline Bureau di negara bagian Sabah.
Proyek ini dan proyek Rail Link diatas diserahkan pengerjaannya kepada perusahaan asal Cina tanpa tender oleh pemerintahan Najib Razak pada 2016.
- Proyek Kereta Api Kuala Lumpur dan Singapura
Proyek kereta api cepat ini ditangguhkan pengerjaannya selama dua tahun meskipun telah menarik minat sejumlah perusahaan kontraktor asal Cina. Pembicaraan proyek ini membahas soal denda yang harus dibayar pemerintah Malaysia jika membatalkannya.
Baca juga: Batalkan 2 Proyek Cina, Malaysia: Kami Tidak Ingin Kolonialisme
- Proyek Properti
Proyek dengan nama Forest City ini dipatok bernilai US$100 miliar atau sekitar Rp1.400 triliun. Ini merupakan proyek swasta dan tidak menggunakan dana pemerintah. Proyek ini dikerjakan oleh Country Garden Holdings.
Calon pembeli properti mewah ini adalah warga Cina yang ingin menjadi penduduk Malaysia. Motonya adalah “Malaysia My Second Home”.
Baca juga: Mahathir Batalkan 2 Proyek Cina, Sebut Pemerintahan Najib Bodoh
- Proyek Bandar Malaysia
Proyek kawasan properti ini awalnya direncanakan pada 2017 untuk menaungi kawasan Kuala Lumpur yang menjadi pusat stasiun kereta api cepat ke Singapura.
Lokasi proyek ini menggunakan tanah milik 1Malaysia Development Berhad atau 1MDB, yang sedang mengalami masalah hukum di pengadilan karena dugaan penggelapan dana melibatkan bekas PM Najib Razak. Razak membantah ada masalah dalam pengelolaan dana di perusahaan itu.
Proyek ini sempat ditangguhkan pengerjaanya oleh Najib Razak karena ketidaksepakatan dengan kontraktor pengembang yaitu China Railway Engineering Corporation. Belakangan, perusahaan properti raksasa Dalian Wanda disebut bakal mengambil alih pengerjaannya namun juga batal.
Perusahaan Malaysia yang awalnya bakal terlibat pengerjaan proyek ini adalah Iskandar Waterfront Hodlings.