TEMPO.CO, Jakarta - Hujan lebat yang berlangsung dalam beberapa hari terakhir di Myanmar telah membuat ketinggian air di sejumlah sungai meningkat. Kondisi ini telah memaksa lebih dari 18 ribu orang meninggalkan rumah mereka dan setidaknya satu kampung di rendam banjir hingga membuat warga kocar-kacir.
Dikutip dari reuters.com, Senin, 15 Juli 2019, empat kota yang dilewati sungai Ayeyarwady dan Chindwin dalam kondisi banjir menyusul naiknya kedua air sungai itu. Phyu Lai Lai Htun, Direktur Badan Penanggulangan Bencana Myanmar mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan otoritas lokal untuk membantu para korban, termasuk menyediakan makanan.
Pada Senin, 15 Juli 2019, diperkirakan akan lebih banyak orang meninggalkan tempat tinggal mereka. Hujan lebat mengguyur Myanmar selama periode Mei - Oktober dan sering kali menimbulkan musibah banjir.
Baca juga:Banjir di Myanmar, 10 Orang Tewas dan Ribuan Lainnya Mengungsi
Lebih dari 18 ribu orang di Myanmar meninggalkan rumah mereka dan setidaknya satu kampung di rendam banjir hingga membuat warga kocar-kacir. Sumber: EPA-EFE/straitstimes.com
Baca juga:Banjir Besar di Myanmar Hanyutkan Pagoda
Negara bagian Kachin adalah wilayah terburuk akibat dampak hujan lebat ini, dimana 14 ribu masyarakat disana terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka yang dekat dengan pintu air sungai Ayeyarwady. Sejumlah media mempublikasi beberapa foto yang memperlihatkan rumah-rumah warga, kendaraan dan jalanan yang terendam banjir di Myitkyina, ibu kota negara bagian Kachin.
Sedangkan di wilayah barat negara bagian Rakhine, sekitar 3 ribu orang terpaksa di relokasi. Diantara mereka yang kena relokasi itu adalah ribuan orang korban bentrokan militer dan kelompok Arakan yang meletup tahun lalu.
"Seluruh kamp tergenang banjir dan orang-orang sangat membutuhkan bantuan tempat bernaung serta makanan," kata Tun Aung Kyaw, Sekjen Partai Nasional Arakan.
Myanmar membatasi akses ke zona konflik bagi sebagian besar lembaga bantuan internasional. Namun kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Amerika Serikat dalam sebuah unggahan di Facebook mengatakan pihaknya membantu pemerintah menanggapi banjir, sementara Palang Merah Myanmar, kelompok-kelompok bantuan dan donor swasta juga membantu para korban.