TEMPO.CO, Jakarta - Warga sipil menyerahkan sebanyak 224 pucuk senjata api ke pemerintah Selandia Baru pasca-penembakan masjid di Christchurch.
169 pemilik senjata api menyerahkan senjatanya di Riccarton Racecourse Christchurch pada Sabtu sejak pukul 10 pagi, dengan skema buy-back pemerintah.
Penyerahan ini adalah salah satu dari 258 fase yang akan berjalan di seluruh negeri selama tiga bulan ke depan, menurut New Zealand Herald, 13 Juli 2019.
Baca juga: Selandia Baru Larang Senjata Api Semi-otomatis dan Senapan Serbu
Selain lebih dari 200 senjata, pemilik menyerahkan 217 bagian dan aksesori senjata, dengan total biaya kompensasi mencapai NZ$ 433.682 (Rp 4 miliar).
Penjabat Komandan Distrik Canterbury Mike Johnson mengatakan semuanya berjalan lancar, dan sikap pemilik senjata api terhadap proses ini sangat luar biasa.
"Ini pengalaman yang sangat positif, kami benar-benar bangga dengan apa yang telah kami capai hari ini," kata Johnson.
Johnson mengatakan orang-orang mengantre di luar venue dari pukul 8.30 am, lebih dari satu jam sebelum acara dimulai.
Baca juga: Selandia Baru Siapkan Rp 2 Triliun, Sita Senjata Semi-Otomatis
Meskipun lebih dari 900 orang Cantabria telah mendaftar secara online untuk menyerahkan senjata mereka, namun polisi tidak kecewa melihat jumlah kehadiran yang lebih sedikit.
Johnson mengatakan bahwa jumlah itu mewakili seluruh wilayah, dan banyak dari mereka kemungkinan akan menghadiri acara yang lebih dekat dengan rumah.
"Perubahan undang-undang ini tidak membuat orang yang memiliki senjata api ini buruk. Mereka orang Selandia Baru yang baik. (Kami) mendorong mereka untuk masuk dan mengambil bagian dalam proses selama periode enam bulan, sehingga kami menghormati niat di balik undang-undang," tambahnya.
Sementara Menteri Kepolisian Stuart Nash memuji polisi dan pemilik senjata atas keberhasilan acara pembelian kembali senjata api.
"Selandia Baru belum pernah menjalankan pembelian kembali senjata dan amnesti sebelumnya," kata Nash.
Dia mengatakan hasil dari pengumpulan tahap pertama sangat menggembirakan, dengan angka awal menunjukkan orang-orang datang lebih cepat.
Selain itu, senjata api terlarang atau bagian diserahkan dengan kecepatan lebih dari satu menit, dan pembayaran diproses dengan kecepatan lebih dari US$ 1400 (Rp 13 juta) per menit.
Nash mengatakan, Pemerintah telah menyisihkan US$ 200 juta (Rp 1,8 triliun) untuk pembelian kembali senjata api, dan mereka akan menambah jumlah itu jika diperlukan.
Dia ingin pemilik senjata merasa bahwa mereka telah mendapatkan kompensasi yang adil.
Seorang pria yang enggan disebut namanya mengatakan senang bisa menyerahkan senjatanya.
"Saya menjual senjata berburu sayam ini semi otomatis. Saya mendapat NZ$ 13.000 (Rp 121,7 juta) untuk itu," katanya.
Dia mengatakan dia senang dengan jumlah uang yang dia dapatkan untuk pembelian yang sangat mahal.
Pria lain yang menyerahkan senjata api semi otomatis otomatis SKS-nya mengatakan seluruh prosesnya tidak buruk dan prosesnya cepat.
Seorang juru bicara kepolisian mengatakan mereka hanya memiliki sedikit hambatan mengenai harga, dan itu dapat diselesaikan dengan damai.
Baca juga: Bagaimana Aturan Kepemilikan Senjata Api di Selandia Baru?
Tapi tidak semua orang benar-benar bahagia.
Seorang penjual mengatakan sebagian besar orang yang dia ajak bicara adalah pemilik senjata yang bertanggung jawab dan cukup kesal mereka harus menyerahkan senjatanya.
Namun dia mengatakan tidak bisa menyalahkan bagaimana polisi menangani situasi yang baru ini.
"Saya pikir pemerintah bereaksi berlebihan, dan polisi harus membersihkan kekacauan yang mereka buat," katanya.
Acara pembelian kembali senjata api Selandia Baru tahap kedua juga akan diadakan di Christchurch, dan akan berlangsung di Riccarton Racecourse antara jam 10 pagi dan 3 sore pada Ahad 14 Juli.