TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un terekam kamera tertidur di sebuah rapat umum partai, meski telah mengeksekusi jenderal tinggi karena melakukan hal yang sama.
Kim Jong Un terlihat mengantuk saat menghadiri sebuah acara untuk memperingati kakeknya, Kim Il-sung, pada peringatan 25 tahun kematiannya, ketika ia terlihat berjuang untuk tetap terjaga, menurut laporan Mirror.co.uk, 12 Juli 2019.
Mata sang diktator perlahan tertutup saat dia duduk di tengah panggung di depan kerumunan besar.
Baca juga: Amerika Sasar Penghancuran Senjata Nuklir Korea Utara
Pada satu titik, ia mengambil napas dalam-dalam beberapa kali dan kepalanya tampak merosot ke bahunya sambil mendengarkan pidato.
Dia kemudian mengangkat alisnya dan bangun kembali ketika dia berbalik menghadap hadirin.
Kim Jong Un juga melanggar norma Korea Utara dengan menjadi yang terakhir untuk mulai bertepuk tangan dan yang pertama berhenti.
Baca juga: Kim Jong Nam Disebut Sebagai Informan CIA
Tertidur pada waktu acara penting atau tidak memberikan tepuk tangan yang cukup di acara-acara tingkat tinggi dapat dihukum mati, menurut pembelot Korea Utara.
"Jika Anda tidak bertepuk tangan, jika Anda mengangguk, Anda ditandai sebagai tidak mengikuti doktrin Kim Jong-un," kata seorang pembelot yang tidak ingin disebutkan namanya.
"Anda harus melakukannya karena Anda tidak ingin mati. Anda mengucapkan 'panjang umur' dan bertepuk tangan karena Anda tidak ingin mati," tambahnya.
Kim Jong Un berjuang untuk tetap membuka mata saat mendengarkan pidato selama rapat umum.[Pen News/Mirror.co.uk]
Mantan menteri pertahanan Kim Hyon Yong-chol dikabarkan telah dieksekusi karena tertidur selama demonstrasi militer.
Badan intelijen Korea Selatan melaporkan bahwa ia dieksekusi dengan senjata anti-pesawat ringan empat laras pada Mei 2015.
Wakil perdana menteri Korea Utara Kim Yong-jin juga dieksekusi oleh regu tembak karena diduga tertidur dalam sebuah pidato.
Baca juga: Aksi Pengawal Kim Jong Un Terinspirasi Film Clint Eastwood
Kim Jong Un diduga membuatnya ditangkap dan didakwa dengan tuduhan palsu korupsi sebelum dieksekusi.
Laporan-laporan lain mengklaim dia dibunuh setelah perubahan kebijakan yang dia sarankan dan dianggap merusak rezim Kim Jong Un.