TEMPO.CO, Jakarta - Cina menuntut Amerika Serikat untuk segera membatalkan penjualan senjata total senilai US$ 2.2 miliar atau Rp 31 trilun ke Taiwan. Diantara senjata yang dijual itu adalah tank tempur dan jet-jet tempur anti-rudal.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang mengatakan Beijing telah melayangkan komplain secara resmi melalui kanal-kanal diplomatik mengekspresikan ketidakpuasan mendalam dan penolakan tegas atas rencana penjualan senjata itu. Geng pun menyerukan kesepakatan penjualan senjata antara Amerika Serikat - Taiwan sama dengan melukai kedaulatan Cina dan kepentingan keamanan Negara Tirai Bambu.
"Cina mendesak Amerika Serikat untuk secepatnya membatalkan rencana penjualan senjata dan menghentikan hubungan militer dengan Taipe demi menghindari rusaknya hubungan Sino - Amerika Serikat dan terciderainya perdamaian serta stabilitas di Selat Taiwan," kata Geng, seperti dikutip dari aljazeera.com, Rabu, 10 Juli 2019.
Baca juga: Amerika Bakal Jual Tank dan Rudal ke Taiwan Senilai Rp 31 Triliun
Penerbangan Pertama Pesawat Pengebom B-52 mengangkut rudal Hipersonik AGM-183A.[The Drive]
Baca juga:SOROTAN: Rudal Patriot dan THAAD Amerika Saingi Rudal S-400 Rusia
Menurut Geng, tidak boleh ada yang meremehkan pemerintah Cina dan masyarakatnya yang dengan tegas bertekad mempertahankan kedaulatan serta integritas teritorial negara. Beijing juga akan menentang intervensi asing.
Pernyataan Geng itu untuk menanggapi laporan Badan Kerjasama Pertahanan Keamanan Amerika Serikat atau DSCA yang menyebut telah mengunci kerja sama jual - beli 108 tank Abram M1A2T, 250 stinger portable jet tempur anti-rudal, serta peralatan lainnya senilai lebih dari US$ 2,2 miliar.
DSCA mengatakan Rencana jual -beli senjata ini akan berkontribusi pada modernisasi pihak pembeli di medan tempur, meningkatkan sistem pertahanan udara dan mendukung kebijakan luar negeri serta keamanan nasional Amerika Serikat dengan cara membantu meningkatkan keamanan dan kemampuan pertahanan Taiwan.