TEMPO.CO, Washington – Militer Cina mulai mengerahkan senjata energi terarah atau directed energy weapon untuk menyasar rudal atau satelit militer.
Baca juga: Amerika Minta India Batalkan Pembelian Sistem Anti-Rudal S-400
Pejabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Patrich Shanahan, mengatakan,”Mereka mulai menggunakan senjata energi terarah dan kita memprediksi mereka akan mulai mengerahkan sistem laser berbasis darat untuk menyasar sensor satelit pada tahun depan.”
Shanahan mengatakan ini saat menghadiri Simposium Luar Angkasa tahunan seperti dilansir situs Defense News pada 9 April 2019.
Satelit merupkan bagian dari sistem terintegrasi untuk mengarahkan rudal menuju sasaran dengan seakurat mungkin. Sistem rudal seperti S-400, Patriot dan THAAD terintegrasi dengan sistem satelit untuk bisa mengenai sasaran dengan tepat.
Baca Juga:
Baca juga: Amerika Serikat Peringatkan India Jika Beli S-400 Rusia
Jika satelit berhasil dilumpuhkan maka musuh tidak bisa mengarahkan rudal presisi terpandu untuk mengenai target musuh.
“Ancamannya jelas: kita berada di era kompetisi kekuatan besar, dan konflik besar yang akan terjadi bisa di menangkan atau kalah di luar angkasa,” kata dia.
Shanahan melanjutkan,”Kita tidak akan duduk dan menonton. Kita akan bertindak. Kita akan mencegah konflik melebar ke luar angkasa dan memastikan mampu merespon jika pencegahan gagal.”
Menurut Shanahan senjata laser itu bisa digunakan untuk mengganggu hingga merusak kemampuan kerja satelit komunikasi, satelit intelijen, satelit pengintaian, pemantauan dan GPS.
Baca juga: Kenapa Amerika Serikat Cemas Turki Beli S-400 Rusia?
Laser merupakan salah satu dari jenis directed energy weapon. Dua jenis lainnya adalah electromagnetic pulse atau radiasi gelombang elektromagnetik dan microwave berkekuatan tinggi.
“Sistem senjata ini memancarkan energi fokus berkekuatan tinggi untuk merusak hingga menghancurkan target,” begitu dilansir situs Prnewswire.
Sistem senjata ini memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan biaya penggunaan yang relatif lebih kecil dibandingkan jika meluncurkan rudal.
Sistem senjata laser dan microwave menggunakan spektrum gelombang elektromagnetik. Laser memiliki panjang gelombang jauh lebih kecil dibandingkan microwave. Ini artinya, microwave bisa memancarkan gelombang pada sudut yang lebih besar dibandingkan laser.
Baca juga: Pakar Sebut Alasan AS Takut S-400 karena Bisa Jatuhkan F-35
Militer Amerika Serikat, misalnya, menggunakan sistem senjata microwave untuk menjatuhkan drone militer yang menyerbu seperti dilansir Verge. Alat ini disebut Tactical High Power Microwave Operational Responder, yang dirancang untuk melindungi markas terhadap serangan drone.
Sedangkan senjata laser telah dipasang di sejumlah kapal perang. Senjata ini diberi nama sistem HELIOS, yang bisa melawan serbuan drone. Senjata ini buatan Lockheed Martin, yang merupakan kontraktor senjata besar di AS.
Rusia mengembangkan teknologi serupa yang disebut Ruselectronics’ 5P-42 Filin, yang dibuat oleh perusahaan pelat merah Ruselectronics. Senjata ini bisa diarahkan kepada pasukan lawan untuk menimbulkan halusinasi hingga muntah.
Baca juga: India Beli Rudal S-400 Canggih Rusia, Amerika Beri Sanksi
Sedangkan senjata gelombang elektromagnetik berfungsi dengan memancarkan gelombang elektromagnetik untuk menyerang semua peralatan elektronik musuh dan membuatnya menjadi tidak berfungs.
Cara kerja senjata elektromagnetik ini adalah dengan pancaran energi besar yang dihasilkan oleh ledakan bom nuklir di ketinggian atmosfer. Jika mengenai pembangkit listrik, gelombang elektromagnetik ini bisa melumpuhkan.
“Jalur komunikasi bisa terputus, infrastruktur kritis terganggu hebat, kesiapan militer merosot, terjadi kekacauan dan banyak orang meninggal,” begitu dilansir situs National Defense pada 4 Juni 2019.
Senjata ini bisa menimbulkan kerusakan hebat. Itu sebanya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengeluarkan perintah eksekutif pada Maret 2019 yang berjudul “Executive Order on Coordinating National Resilience to Electromagnetic Pulses”.
Sebuah kajian oleh lembaga pemikir Heritage Foundation dari Amerika menyebutkan serangan EMP ini bisa merusak sebagian atau seluruh sistem kerja satelit.