TEMPO.CO, Washington - Pemerintah Turki mengatakan kemampuan sistem rudal anti-serangan udara S-400 buatan Rusia melebihi kemampuan rudal sejenis buatan Amerika Serikat, yaitu rudal Patriot.
Baca juga: Amerika Minta India Batalkan Pembelian Sistem Anti-Rudal S-400
Turki dan AS merupakan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO. Keduanya berselisih soal rencana pembelian S-400 oleh militer Turki, yang bakal tiba pada pekan depan.
AS merasa khawatir pembelian S-400 itu bisa membahayakan fitur siluman dari pesawat F-35 buatan Lockheed Martin, yang merupakan jet tempur generasi kelima atau mutakhir. Turki merupakan salah satu negara yang ikut dalam program pembuatan dan pembelian jet tempur itu.
Sebaliknya, Turki beranggapan sistem radar dari S-400 tidak membahayakan F-35.
Baca juga: Amerika Serikat Peringatkan India Jika Beli S-400 Rusia
AS telah menawarkan Turki untuk membeli sistem rudal Patrio buatan manufaktur Raytheon Co.
“Satu S-400 setara dengan tiga Patriot. Jika kondisinya sama dengan kesepakatan S-400, kami akan beli rudal Patriot. Tapi jika kondisinya tidak sama, maka kami harus memikirkan kepentingan kami,” kata Erdogan dalam wawancara dengan stasiun televisi S-400 seperti dilansir Yeni Safak mengutip Reuters pada Senin, 1 Juli 2019.
Sistem rudal S-400 merupakan andalan Rusia, yang telah dipesan oleh sejumlah negara lain seperti Cina, Qatar, dan India. Sistem rudal ini memiliki empat jenis rudal canggih yang mampu mengejar target seperti jet tempur, drone hingga rudal musuh dengan jangkauan jarak dan ketinggian berbeda.
Baca juga: Kenapa Amerika Serikat Cemas Turki Beli S-400 Rusia?
Saat ini, Rusia mulai memproduksi sistem rudal baru yaitu S-500 Prometheus, yang tidak dijual ke negara lain.
Sedangkan rudal Patriot mulai digunakan oleh pasukan AS pada 2003 saat terjadi konflik Irak. Rudal ini memiliki jangkauan jarak jauh untuk semua cuaca dan mampu mencegat berbagai jenis rudal balistik, rudal jelajah dan jet tempur canggih.
Rudal Patriot digunakan oleh banyak negara lain seperti Jerman, Yunani, Israel, Jepang, Kuwait, Belanda, Arab Saudi, Korea Selatan, Qatar, dan Uni Emirat Arab serta Taiwan.
Baca juga: Pakar Sebut Alasan AS Takut S-400 karena Bisa Jatuhkan F-35
Rudal Patriot memiliki kemampuan menembak sasaran yang bergerak dengan kecepatan 8 kilometer per jam. Sedangkan rudal S-400 bisa menyasar target berkecepatan lebih tinggi yaitu 17 kilometer per jam.
Situs Defenseworld melansir rudal Patriot mampu menyerang 36 target sekaligus dengan radar melacak pergerakan 125 target pada saat yang sama.
Sedangkan S-400 mampu menyerang target dua kali lebih banyak yaitu 72 target dengan sistem radar bisa melacak pergerakan 160 target pada saat yang sama.
Rudal Patriot membutuhkan waktu sekitar 25 menit untuk peluncuran sedangkan rudal S-400 hanya butuh waktu 5 menit.
Baca juga: India Beli Rudal S-400 Canggih Rusia, Amerika Beri Sanksi
Selain itu, AS masih memiliki alternatif lain yaitu sistem rudal THAAD yaitu Terminal High Altitude Area Defense. Sistem ini telah dipasang di wilayah Korea Selatan, yang berbatasan dengan Korea Utara. Ini untuk mengantisipasi serangan rudal Korea Utara, yang sempat beberapa kali meluncurkan rudal balistik di kawasan Semenanjung Korea.
Rudal Patriot Amerika Serikat. Sumber: The National Interest
Rudal THAAD memiliki kemampuan canggih untuk mencegat rudal musuh, yang datang pada ketinggian sekitar 40-50 kilometer. Ini membuat rudal ini tidak cocok untuk mengejar jet tempur musuh, yang terbang pada ketinggian jauh lebih rendah. “Sistem rudal THAAD bukan seperti sistem pertahanan rudal S-400 ataupun Patriot,” begitu dilansir situs Defense World.
Mengutip seorang sumber di kalangan industri pertahan, situs ini melansir negara yang ingin bertahan dari serangan rudal balistik dan jet tempur canggih harus membeli rudal Patriot dan THAAD.
Sedangkan S-400 bisa melakukan dua fungsi ini bersamaan sehingga dianggap lebih efektif dan murah biayanya dari rudal buatan Amerika.