TEMPO.CO, Jakarta - Pada Ahad Boeing mengumumkan pembatalan kesepakatan untuk pembelian 30 jet Boeing 737 MAX 8 oleh maskapai penerbangan murah Arab Saudi.
Boeing telah berjuang untuk mendapatkan kembali armada 737-MAX-nya mengudara setelah berbulan-bulan di-grounded setelah dua kecelakaan fatal.
Baca juga: Boeing Akan Pasang Sofware Baru di Pesawat 737 MAX
"Kami memahami bahwa Flyadeal tidak akan menyelesaikan komitmennya pada 737 MAX pada saat ini mengingat persyaratan jadwal maskapai," kata Boeing dalam sebuah pernyataan.
Menurut perusahaan, komitmen berdasarkan kesepakatan itu menetapkan opsi pembelian tambahan untuk 20 jet 737 MAX senilai US$ 5,9 miliar atau Rp 83 triliun.
Sebuah pesawat jenis Boeing 737 MAX yang berada di fasilitas produksi di Renton, Washington, 11 Maret 2019. Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan melakukan penghentian sementara pengoperasian (temporary grounded) pesawat Boeing 737 MAX 8 setelah kecelakaan pesawat di Ethiopia dan Tanjung Karawang. REUTERS/David Ryder
Menurut maskapai milik negara Saudi Arabian Airlines, induk perusahaan dari Flyadeal, maskapai ini akan menerima 30 pesawat Airbus A320neo mulai dari 2021.
"Pesanan ini akan membuat Flyadeal mengoperasikan armada dengan seluruh Airbus A320 di masa depan," kata perusahaan.
Baca juga: Keluarga Korban Ethiopian Airlines Kritik Santunan Boeing
Baru-baru ini, Boeing dikenakan dengan lima persyaratan utama oleh regulator penerbangan Eropa yang harus ditangani sebelum 737 Max-nya akan diterima kembali untuk diperbaiki.
Baca juga: Boeing Belum Berencana Ganti Nama Pesawat 737 MAX
Keselamatan pesawat Boeing 737 MAX 8 diragukan setelah dua kecelakaan fatal, yakni kecelakaan Ethiopian Airlines pada bulan Maret setelah jatuhnya penerbangan Lion Air di Indonesia pada bulan Oktober.
Kecelakaan dua pesawat Boeing 737 MAX 8 tidak menyisakan korban selamat dan menewaskan 346 orang.