TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif mengatakan pada hari Senin bahwa Iran telah melampaui batas 300 kilogram cadangan uranium yang diperkaya yang ditetapkan oleh perjanjian nuklir 2015.
Sputnik melaporkan, 7 Juli 2019, otoritas Iran telah mengumumkan bahwa pengayaan uranium mereka akan melampaui 3,6 persen dalam beberapa jam, yang berada di atas batas yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan nuklir 2015(JCPOA). Iran juga telah berjanji untuk mengurangi komitmennya terhadap perjanjian nuklir setiap jangka 60 hari jika masalah ini tidak terselesaikan.
"Jika peluang ini tidak digunakan, tidak ada yang harus meragukan keseriusan kami bahwa pengurangan komitmen kami (di bawah JCPOA) akan berlanjut setiap 60 hari," tegas Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi.
Baca juga: Presiden Prancis Waswas Nasib Kesepakatan Nuklir Iran
Menurut Araghchi, Eropa telah gagal memenuhi komitmennya untuk JCPOA, sementara pintu diplomasi masih terbuka.
Araghchi menggarisbawahi bahwa mengurangi komitmen Iran berdasarkan perjanjian nuklir berjalan bersamaan dengan menyelamatkan JCPOA, dan tidak menghancurkannya.
Namun, inisiatif baru diperlukan, Araghchi mengatakan pada pertemuan bersama kabinet Iran dan juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behruz Kamalvandi.
"Kami tidak siap untuk tinggal di JCPOA dengan harga berapa pun. Hari ini, setiap langkah yang kami ambil untuk pengayaan uranium bertujuan untuk menyelamatkan JCPOA. Melestarikan kesepakatan nuklir adalah prinsip bagi kami," kata juru bicara pemerintah Ali Rabii pada Ahad.
Hassan Rouhani mengatakan setelah 60 hari, Iran akan meningkatkan tingkat pengayaan uranium [Kantor Kepresidenan Iran / Mohammad Berno / Al Jazeera]
Pengumuman itu datang enam hari setelah Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengumumkan bahwa Teheran akan memperkaya uraniumnya di luar level 3,67 persen, diuraikan dalam kesepakatan nuklir 2015, dan Iran akan mempertahankan pengayaan pada tingkat yang dianggap perlu.
Mengomentari keputusan tersebut, Presiden Iran Hassan Rouhani menjelaskan bahwa langkah Iran untuk mengurangi komitmennya tidak bertujuan merusak JCPOA, tetapi juga upaya untuk menyelamatkannya.
"Karena kami percaya bahwa jika kami tidak melakukan apa-apa, kesepakatan itu akan gagal," katanya.
Baca juga: Masyarakat Iran Tak Mencemaskan Ketegangan dengan Amerika Serikat
Setelah pengumuman itu, Presiden AS Donald Trump telah memperingatkan Iran untuk "berhati-hati dengan ancaman" dalam kicauan Twitter-nya. Washington juga mendesak Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk mengadakan sesi khusus untuk mengatasi masalah aktivitas nuklir Iran.
Uni Eropa telah menyuarakan dukungan kuatnya untuk kesepakatan nuklir. Khususnya, pada hari Sabtu, Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan panggilan telepon dengan presiden Iran, di mana mereka setuju untuk mencari syarat untuk memulai kembali pembicaraan antara semua pihak dalam kesepakatan nuklir pada 15 Juli.
Baca juga: Amerika Serikat Minta Pertemuan Darurat IAEA Bahas Nuklir Iran
Rusia, salah satu pihak dalam perjanjian nuklir bersama negara-negara Eropa, juga bereaksi terhadap pengumuman Iran. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan bahwa Iran telah melampaui batas persediaan uranium yang diperkaya, karena sanksi AS yang melarang pembelian uranium berlebihan dari Teheran.
Pada 8 Mei, Iran mengumumkan bahwa mereka sebagian menghentikan kewajibannya membatasi cadangan uranium di bawah perjanjian nuklir Iran 2015, tepat setahun setelah Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian nuklir dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran.