TEMPO.CO, Jakarta - Ketegangan antara Iran - Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir telah menjadi perhatian internasional. Atase Pers Kedutaan Iran di Jakarta Ali Pahlevani Rad meyakinkan masyarakat Iran tidak mencemaskan ketegangan itu.
"Rasa cemas tidak ada karena orang Iran sudah biasa mendengar hal-hal seperti belakang ini (ketegangan Amerika Serikat - Iran). Hampir semua menganggap Amerika Serikat bukan sebagai pihak yang bisa dipercaya untuk negosiasi kembali," kata Ali.
Menurut Ali, indikator ketenangan sikap masyarakat Iran ini terlihat dari nilai mata uang Iran yang menguat. Begitu pula kondisi pasar modal dalam negeri yang bahkan semakin menguat.
Baca juga:Presiden Prancis Waswas Nasib Kesepakatan Nuklir Iran
Ratusan demonstran melakukan aksi protes setelah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional di Tehran, Iran, 9 Mei 2018. AP
Baca juga:Amerika Serikat Minta Pertemuan Darurat IAEA Bahas Nuklir Iran
Media-media di Iran juga rutin memberitakan perkembangan di kawasan khususnya gerakan Amerika Serikat melawan Iran. Kantor berita Iran en.farsnews.com, pada Sabtu, 6 Juli 2019 dalam salah satu pemberitaannya menyoroti seruan anggota parlemen Iran, Ali Bakhtiar, yang meminta Arab Saudi agar jangan memperkeruh ketegangan di kawasan.
Pada 2 Mei lalu, Arab Saudi mengumumkan pasukan penjaga pantainya telah menyelamatkan sebuah kapal minyak Iran yang terjepit bernama Hapiness 1 dengan 26 awak kapal didalamnya. Kapal Iran itu diselamatkan dari Laut Merah di Jeddah, Arab Saudi, setelah mengalami kegagalan mesin. Namun dua bulan kemudian, Arab Saudi masih belum mau melepaskan kapal itu.
"Ketegangan antar negara-negara Teluk tidak membawa manfaat bagi negara manapun dan hanya menguntungkan negara-negara Barat," kata Bakhtiar, anggota parlemen Iran dari komisi bidang energi, Sabtu, 6 Juli 2019.
Anggota parlemen Iran itu menyarankan agar negara-negara Teluk memilih jalan saling berinteraksi ketimbang saling berkonfrontasi dan jangan mau dikecoh oleh Amerika Serikat. Sebab ketegangan kawasan hanya akan menciptakan masalah bagi negara-negara Teluk itu sendiri.