TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat menyerukan agar dilakukan sebuah pertemuan darurat dengan 35 negara anggota lembaga pengawas energi atom PBB, IAEA untuk mendiskusikan masalah Iran. Permintaan itu disampaikan oleh delegasi Amerika Serikat di IAEA setelah Tehran diduga melanggar kesepakatan nuklir Iran 2015 yang dibuat dengan negara-negara kekuatan dunia.
Di kutip dari reuters.com, Sabtu, 6 Juli 2019, setiap negara anggota yang duduk di Dewan IAEA akan dipanggil untuk melakukan pertemuan sesuai keinginan Amerika Serikat ini. Pertemuan darurat rencananya akan diselenggarakan pada Rabu, 10 Juli 2019 sekitar pukul 2.30 sore.
Sebelumnya pada pekan lalu, IAEA menyebut Iran telah menyimpan stok uranium dalam jumlah sangat besar yang diperbolehkan dalam kesepakatan nuklir 2015.
"Hari ini, Duta Besar Amerika Serikat untuk IAEA, Jackie Wolcott, sudah meminta agar dilakukan pertemuan darurat dengan anggota Dewan guna mendiskusikan bersama Dirjen IAEA perkembangan terakhir program nuklir Iran. Komunitas internasional harus menahan rezim Iran agar bertanggung jawab," tulis utusan khusus Amerika Serikat untuk IAEA.
Baca juga:Iran Siap Perkaya Uraniumnya Melebih Batas Perjanjian Nuklir
Perjanjian nuklir Iran melibatkan Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan Cina setelah Amerika Serikat menyatakan diri keluar dari perjanjian itu pada 2018. Ecfr.eu
Baca juga:Iran Mau Dialog dengan Amerika Serikat Asal Sanksi Dicabut
Sejumlah diplomat yang diundang dalam pertemuan ini masih belum mengetahui apa yang akan dicapai dalam pertemuan tersebut. Pihak-pihak yang terlibat dalam kesepakatan nuklir Iran 2015 sebenarnya telah membentuk sebuah forum yang disebut Komisi Bersama dan menyusun tindakan yang mungkin mereka ambil. Washington menarik diri dari Komisi Bersama itu pada tahun lalu.
IAEA bertanggung jawab memverifikasi pembatasan aktivitas nuklir Iran yang diberlakukan oleh perjanjian nuklir 2015, yang juga mencabut sanksi internasional terhadap Teheran. IAEA telah berulang kali menyerahkan pada seluruh pihak terkait mengenai pelanggaran ketentuan yang terjadi.
Iran sendiri telah mengatakan akan mengevaluasi satu per satu pembatasan terhadap program nuklir negara itu sebagai balasan atas sanksi ekonomi yang dijatuhkan Washington sejak negara itu menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015. Iran pun mengakui per Juli 2019 telah meningkatkan pengayaan uraniumnya diatas 3,67 persen.
Negara-negara yang terlibat dalam kesepakatan nuklir Iran 2015 adalah Amerika Serikat, Rusia, Cina, Prancis, Inggris dan Jerman. Kecuali Amerika Serikat, negara-negara yang lain masih berkomitmen dalam kesepakatan nuklir itu.