TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif sering diolok oleh kubu garis keras Iran karena bergaya dan berpakaian seperti orang Amerika.
Mohammad Javad Zarif adalah sosok moderat yang pernah tinggal di AS selama hampir 30 tahun. Seorang moderat yang menggagas perjanjian nuklir Iran 2015, sebagai imbalan pencabutan sanksi ekonomi terhadap Iran.
Baca juga: Mundur dari Menteri Luar Negeri Iran, Ini Sosok Javad Zarif
Bagi orang Iran moderat dan reformis, dia adalah pahlawan. Bagi para garis keras Iran, ia dianggap seorang penipu, yang mau dibujuk oleh Barat untuk membuat kesepakatan.
Kini, seiring kesepakatan nuklir di ambang kehancuran dan pemerintahan Trump memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran dan Teheran mengancam untuk memulai kembali program nuklirnya, Zarif akan mendapat serangan baru bukan hanya dari garis keras di Teheran, tetapi juga dari Washington.
Baca Juga:
Pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Trump telah meminta sanksi khusus terhadap menteri luar negeri Iran, memicu perdebatan di kedua negara tentang niat pemerintah.
Mohammad Javad Zarif melepaskan jabatan sebagai Menteri Luar Negeri Iran, Senin, 25 Februari 2019. Sumber: Tehran Times
Penentang keras Iran seperti Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Penasihat Keamanan Nasional John R. Bolton, menganggap pengaruh Amerika Zarif membuatnya berbahaya.
Zarif dan pelindungnya, Presiden Hassan Rouhani, adalah orang-orang terdepan Ayatollah dalam kancah internasional, tutur Pompeo. Dia menyebut Zarif menggunakan bahasa Inggris Amerika tanpa cacat, sebagai tipu muslihat untuk menutupi kesetiaannya kepada agenda garis keras pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Baca juga: Menlu Iran Tegaskan Tidak Ingin Perang dengan Amerika Serikat
Dilaporkan New York Times, 5 Juli 2019, melalui email Zarif mengatakan dia merasa hanya mendapat risiko kecil dari sanksi Amerika. "Setiap orang yang mengenal saya tahu bahwa saya atau keluarga saya tidak memiliki properti di luar Iran," tulisnya.
"Saya pribadi bahkan tidak punya rekening bank di luar Iran. Iran adalah seluruh hidup saya dan satu-satunya komitmen saya. Jadi saya tidak punya masalah pribadi dengan kemungkinan sanksi,' kata Zarif.
Zarif berpendapat, Washington hanya akan melukai dirinya sendiri dengan mengucilkannya.
"Satu-satunya dampak, dan mungkin satu-satunya tujuan, dari kemungkinan sanksi adalah membatasi kemampuan saya untuk berkomunikasi. Dan saya ragu itu akan menguntungkan siapa pun," tulisnya.
Kuliah di Amerika