TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah ledakan terjadi pada Jumat, 28 Juni 2019, di pangkalan militer Filipina yang terletak di wilayah selatan negara itu. Ledakan tersebut menewaskan lima orang, tiga diantaranya adalah tentara dan sembilan orang luka-luka.
Dikutip dari reuters.com, Sabtu, 29 Juni 2019, kelompok radikal Islamic State atau ISIS diduga dalang serangan itu yang dilakukan lewat pengebom bunuh diri yang diutusnya.
Angkatan Bersenjata Filipina mengatakan ledakan terjadi pada Jumat siang di pangkalan militer di Jolo, Filipina selatan. Wilayah itu dikenal sebagai area persembunyian kelompok radikal Abu Sayyaf yang suka menculik dan diduga punya jaringan dengan ISIS.
Baca juga:Ledakan Bom di Filipina Selatan, 11 Orang Tewas
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Sumber: Reuters/asiaone.com
Baca juga:Dua Bom Meledak di Gereja di Filipina Selatan, 27 Orang Tewas
ISIS lewat lembaga pemberitaannya, Amaq, mengatakan para militannya telah menyusup ke pangkalan militer Filipina itu dengan membawa sejumlah peledak. ISIS pun mengklaim serangannya itu telah melukai atau membunuh sekitar 100 tentara Filipina.
Lewat situs Amaq, ISIS pun mengunggah sebuah foto dua orang laki-laki berdiri di depan bendera ISIS yang berwarna hitam. Keduanya memakai rompi yang dirancang untuk bom bunuh diri.
Klaim ISIS dan foto yang dipajangnya itu belum bisa di verifikasi.
Serangan ini telah menjadi kemunduran besar bagi Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang ingin memberantas kelompok Abu Sayyaf. Hingga Sabtu pagi, 29 Juni 2019, belum ada komentar dari Presiden Duterte.
Militer Filipina pun masih irit bicara, khususnya soal detail lokasi persisnya ledakan. Badan keamanan hanya itu berjanji akan melakukan sebuah investigasi dan mengambil langkah-langkah dengan solusi jitu.