TEMPO.CO, Brussels – Pejabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Mark Esper, meminta negara sekutu di NATO untuk mengecam secara terbuka tindakan bermusuhan Iran.
Baca juga: Amerika Lancarkan Serangan Siber Terhadap Mata-mata Iran
Esper juga meminta negara NATO untuk berpartisipasi menjaga jalur pelayaran di perairan di sekitar Selat Hormuz, yang dijaga militer Iran.
Esper juga meminta negara NATO membantu mengurangi tensi ketegangan dengan Iran dari jalur militer ke jalur diplomasi.
“Saya mendiskusikan kebutuhan untuk menginternasionalkan isu ini dengan mendorong negara sekutu di NATO dan mitra regional menyuarakan oposisi mereka terhadap perilaku buruk Iran dan membantu kami menangkal tindakan provokasi lebih jauh dengan meningkatkan keamanan maritim,” kata Esper kepada media seusai pertemuan tertutup dengan sejumlah pejabat NATO di markas Brussels, Belgia, pada Kamis, 27 Juni 2019 seperti dilansir Reuters.
Baca juga: Qatar dan Sejumlah Negara Lobi Amerika dan Iran agar Tenang
Esper juga menegaskan Washington tidak berusaha untuk menggelar perang dengan Iran dan meminta dukungan Eropa untuk diplomasi.
“Kami tidak menginginkan konflik bersenjata dengan Iran tapi kami siap membela pasukan AS dan kepentingan di kawasan ini. Tidak seorangpun selayaknya menafsirkan pengendalian diri sebagai kelemahan,” kata Esper.
Eskalasi ketegangan antara AS dan Iran sempat terjadi setelah militer Iran menembak jatuh drone canggih AS yaitu Global Hawk pada pekan lalu.
Baca juga: Presiden Iran Kembali Tolak Dialog dengan Amerika Serikat
Presiden AS, Donald Trump, sempat memerintahkan serangan udara terhadap target militer Iran namun membatalkannya sepuluh menit sebelum pelaksanaan.
Trump mendesak Iran untuk mau bernegosiasi mengenai nuklir dan rudal balistik. Trump mengatakan akan mendukung Iran menjadi negara makmur jika bersedia menghentikan ambisi membuat senjata nuklir.
Baca juga: Video Detik-detik Rudal Iran Tembak Drone Mata-mata Amerika
Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, mengatakan negaranya tidak berencana membuat senjata nuklir. Presiden Iran, Hassan Rouhani, menyebut ancaman Trump untuk menghancurkan negaranya sebagai kebijakan mental terbelakang.