TEMPO.CO, Jakarta - Fadhli Sahar mengunggah pengalamannya sebagai mantan sopir taksi online di Malaysia yang mungkin akan selalu diingatnya. Pengalamannya itu diceritakan ke Facebook pada 25 Juni 2019 dan telah dibagikan oleh para pengguna media sosial itu hingga 3.400 kali.
Dalam unggahannya, Fadhli menceritakan ketika dia memulai profesi sebagai sopir Grab banyak orang mengatakan padanya agar menolak pesanan dari penumpang warga negara Bangladesh. Sebab badan mereka bau dan bau tersebut akan bertahan lama di dalam mobil.
Baca juga: Prihatin, Netizen Himpun Rp 10 Juta Bantu Sopir Transjabodetabek
Hingga pada suatu sore, dia menerima panggilan pesanan Grab untuk sebuah perjalanan seharga RM 40 atau sekitar Rp 135 ribu. Ketika dia tiba di titik penjemputan, Fadhli baru menyadari kalau penumpangnya itu adalah tenaga kerja asal Bangladesh yang bekerja sebagai satpam. Walau dia sudah mendengar stereotypes negatif itu, namun Fadhli memutuskan tetap mengantarkan mereka ke tempat tujuan.
Sepanjang perjalanan, Fadhli mencoba menyesuaikan tinggi-rendah penyejuk ruangan di mobilnya untuk menepis bau badan tiga penumpangnya itu. Rupanya, satu penumpang menyadari tindakan dan rasa kurang nyaman Fadhli itu.
Baca juga: Sopir Bongkar Kebiasaan Ratna Sarumpaet Konsumsi Antidepresan
“Penumpang itu tahu ada sesuatu yang tak beres ketika kami bersitatap. Kadang saya menutup hidung dengan kaos saya, menurunkan jendela penyejuk ruangan dalam mobil dan mengganti setelannya. Saya rasa dia tahu saya kurang nyaman,” tulis Fadhli, seperti dikutip dari asiaone.com, Kamis, 27 Juni 2019.
Grab Singapura. Sumber: asiaone.com
Penumpang itu lalu bertanya pada Fadhli apakah dia merasa tak nyaman dengan keberadaan mereka di mobilnya, namun Fadhli meyakinkan kalau dia baik-baik saja dan menjaga sikap. Penumpang tersebut lalu menceritakan kalau mereka sudah tiga kali dibatalkan pemesanannya oleh sopir taksi online sebelumnya.
Ketika tiba di lokasi yang dituju, penumpang warga negara Bangladesh itu mengangsurkan uang RM 100 kepada Fadhli dan menolak uang kembaliannya. Fadhli terkejut dengan kemurahan hati mereka karena penumpangnya biasanya memberikan uang tip hanya RM 2.
Ketiga penumpang Bangladesh itu bahkan berterima kasih kepada Fadhli karena dia tidak menolak panggilan order dari mereka. Yang membuat hati basah, mereka mengatakan pada Fadhli kalau mereka sudah biasa ditolak oleh sopir-sopir taksi online.
Lewat unggahannya, Fadhli yang sudah tidak lagi menjadi sopir, menyarankan semua orang agar bersikap saling menghormati. Walau pun mereka imigran, namun mereka adalah manusia yang punya hati, emosi dan fikiran dimana tiga hal itu, seharusnya dihormati.