TEMPO.CO, Jakarta - NATO pada Selasa, 25 Juni 2019, mendesak Rusia agar menghancurkan rudal terbarunya yang 9M729/SSC-8 sebelum Agustus 2019. NATO juga meminta Rusia memegang komitmennya pada sebuah pakta yang mencegah peluncuran hulu ledak nuklir ke Eropa. Jika desakan itu tidak dikabulkan Rusia, maka Negara Beruang Merah itu akan menghadapi respon dari negara-negara anggota NATO di kawasan.
Dikutip dari reuters.com, Selasa, 25 Juni 2019, para menteri pertahanan negara anggota NATO rencananya akan melakukan diskusi pada Rabu, 26 Juni 2019 terkait rencana yang akan diambil jika Moskow mempertahankan sistem pertahanan rudalnya, yang disebut Amerika Serikat bisa mengetahui serangan nuklir. Rudal terbaru buatan Rusia juga sama dengan menciderai pakta nuklir jarak jauh 1987 atau INF.
Baca juga: 5 Fakta Penting Mengenai Pakta Pertahanan NATO
“Kami menyerukan kepada Rusia agar bertanggung jawab atas jalan yang telah diambil. Kami saat ini belum melihat itikad baik dari Rusia sehingga kita harus merespon,” kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg.
Baca juga: Trump Bakal Tarik Amerika Keluar NATO?
Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg. (AP Photo/Liu Jin, Pool)
Stoltenberg enggan menjelaskan lebih rinci respon seperti apa yang dimaksud pihaknya, namun sejumlah diplomat mengatakan para menteri pertahanan akan mempertimbangkan lebih banyak penerbangan ke wilayah udara Eropa jet-jet tempur Amerika Serikat, lebih banyak latihan militer dan penempatan ulang rudal-rudal Amerika Serikat di laut.
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di NATO sangat ingin Rusia menghancurkan kapal pesiar dengan sistem rudal 9M729/SSC-8. Namun sampai Juni 2019, Moskow menolak permintaan tersebut. Pemerintah Rusia juga menyangkal telah menciderai pakta INF, sebaliknya Moskow menuding Amerika Serikat sedang mengupayakan sebuah perlombaan senjata.
Jalan buntu ini telah mendesak Amerika Serikat muncul dengan rencana menarik diri dari pakta INF terhitung mulai 2 Agustus 2019 dan menghapuskan hambatan pengembangan kemampuan nuklirnya. Perselisihan ini juga telah memperdalam keretakan antara timur dan barat setelah memburuk akibat pencaplokan Krimea oleh Rusia dari Ukraina dan dugaan keterlibatan Rusia dalam perang sipil Suriah.