TEMPO.CO, Washington – Komando Siber Amerika Serikat melakukan serangan balasan atau retaliatory cyberstrike pada pekan lalu terhadap kelompok mata-mata di Iran.
Baca juga: 5 Serangan Siber Terbesar Sepanjang Sejarah
Serangan siber ini dilakukan terhadap kelompok mata-mata yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran.
Ini terjadi setelah serangan terhadap dua kapal tanker di Teluk Oman, yang dilakukan oleh pasukan Iran.
“Pejabat AS mengatakan serangan online ini menarget software komputer dari kelompok mata-mata yang melacak pergerakan kapal tanker itu,” begitu dilansir CNN pada Ahad, 23 Juni 2019.
Saat dikonfirmasi soal ini, juru bicara Pentagon mengatakan enggan menanggapi. “Sebagai bagian dari kebijakan dan keamanan operasional, kami tidak mendiskusikan operasi serangan siber, intelijen ataupun perencanaannya,” kata juru bicara Pentagon.
Baca juga: Serangan Siber Diprediksi Terus Meningkat pada 2019
Hubungan AS dan Iran mengalami eskalasi ketegangan setelah AS menarik diri dari Perjanjian Nuklir Iran pada 2018. Presiden Donald Trump juga memerintahkan pengerahan 2.500 pasukan ke kawasan Timur Tengah untuk mengantisipasi gangguan oleh Iran terhadap sekutu Arab di kawasan ini.
Pada pekan lalu, dua kapal tanker asal Norwegia dan Jepang mengalami serangan pada sisi lambung hingga terbakar. Militer AS menayangkan rekaman video yang menunjukkan adanya kapal Iran di dekat kedua kapal tanker.
Video: Video Detik-detik Rudal Iran Tembak Drone Mata-mata Amerika
Pasukan Korps Garda Revolusi juga dituding berupaya mengambil ranjau yang tidak meledak dari lambung kapal.
Menjelang akhir pekan ini, militer Iran mengklaim telah menembak jatuh pesawat drone Global Hawk, yang dituding terbang di atas wilayah laut Iran.
Militer AS membantah tudingan ini dan mengatakan pesawat drone supercanggih itu terbang di atas wilayah internasional.
Trump sempat memerintahkan serangan udara untuk menyasar radar dan baterai milik pasukan Iran. Namun, perintah ini dibatalkan sepuluh menit sebelum serangan dilakukan.
Baca juga: Ketegangan Amerika - Iran, Arab Saudi Minta Ada Respon Cepat
Alasannya, seperti dilansir Reuters, Trump tidak ingin jatuh korban 150 orang di Iran akibat serangan ini. Trump lalu mengirimkan pesan kepada pemerintah Iran lewat Oman agar memulai dialog.
Seorang bekas pejabat intelijen AS mengatakan kepada CNN bahwa aktivitas serangan siber Iran meningkat terhadap beberapa negara di Teluk seperti Bahrain dan Uni Emirat Arab, yang merupakan sekutu AS. Ini karena kemampuan siber Iran meningkat selain menggunakan bantuan serangan siber dari Rusia.