TEMPO.CO, Jakarta -Puluhan pengembang Cina dibuat pusing oleh peraturan pemerintah yang melarang proyek-proyek seperti apartemen dan hotel diberi nama yang dianggap aneh.
Saat ini ada 84 hotel dan perumahan di provinsi Hainan, Cina yang diharuskan pemerintah mengganti nama asingnya. Sementara di provinsi Shaanxi, Cina ada 19 proyek pembangunan yang wajib mengganti namanya. Nama proyek-proyek tersebut menggunakan bahasa asing seperti Californian Sunshine dan Province Holiday.
Baca juga:Inpex Serahkan Revisi Rencana Pengembangan Blok Masela
Kebijakan ini diterbitkan pada 2018 yang secara spesifik melarang penggunaan nama yang berlebihan, asing, aneh dan homonim bagi sebuah proyek pembangunan. Pemerintah daerah di seluruh Cina wajib menerbitkan perintah agar nama proyek yang masuk dalam kategori tersebut diganti namanya.
Adapun nama yang dianggap aneh adalah yang menggabungkan angka dan simbol seperti komplek nomor 6 di Provinsi Shaanxi.
Baca juga:Kuasai Apartemen, Pengembang Dituding Gunakan Pengurus Boneka
Sementara nama yang berlebihan seperti "world", "grand", dan "international". Homonim adalah karakter bahasa Cina yang terdengar mirip tapi memiliki arti yang berbeda.
Penggunaan nama proyek dengan bahasa asing adalah taktik pemasaran yang lumrah dilakukan oleh pengembang-pengembang asal Cina untuk membuat proyek mereka terkesan lebih berkelas. Contohhnya Seine Residence di Tianjin dan di Xi'an, serta Thames Town di Songjiang yang dirancang menyerupai Inggris, lengkap dengan telepon umum merah dan patung Winston Churchill.
Akan tetapi, tidak semua tempat bernama asing wajib mengubah namanya. Beberapa tempat yang menurut Beijing mencerminkan persahabatan Cina dengan dunia tidak perlu diganti namanya, seperti Taman Lenin di Sichuan. Perusahaan asing seperti Hilton juga tidak perlu mengganti namanya.
Sejumlah perusahaan menolak peraturan ini. Vienna Hotel Management, sebuah perusahaan jasa perhotelan di Shenzhen yang memiliki nama asing, menulis ke Kantor Urusan Sipil setempat untuk menolak peraturan tersebut.
"Merek kami terdaftar oleh pemerintah. Kami telah menyuarakan ketidaksetujuan kami atas keputusan tersebut dan kami sedang menunggu balasan resmi," tulis perusahaan tersebut.
Simon Huang, tenaga pemasaran eksekutif dari sebuah perusahaan pengembang asal Shenzhen, mengatakan sekarang ini banyak pengembang Cina mendaftarkan proyek mereka dengan nama lokal kepada pihak berwenang, namun memasarkan proyek tersebut dengan nama asing yang terdengar eksotis.
"Perubahan nama yang tiba-tiba dapat membingungkan penduduk setempat yang sudah familiar dengan nama tersebut. Menamai ulang proyek tersebut dapat memaksa tim pemasaran mengeluarkan biaya lebih," ujar Huang.
Sedangakan Yan Yuejin, Direktur Penelitian dari E-House China R&D Institute, mengatakan implementasi soal penamaan proyek ini seharusnya lebih fleksibel untuk meminimalisir kebingungan yang muncul akibat alamat baru. Regulator pun seharusnya mendengarkan opini publik.
RISANDA ADHI PRATAMA | SOUTH CHINA MORNING POST