TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Agung Sri Lanka meminta penjabat kepala kepolisian untuk melakukan penyelidikan terhadap sembilan pejabat keamanan, yang diduga lalai mencegah teror bom pada Minggu Paskah
Teror bom menewaskan 250 orang lebih, termasuk 42 orang asing tewas dalam serangan itu, yang diklaim dilakukan oleh ISIS.
"Anda dengan ini diarahkan untuk memulai investigasi kriminal sehubungan dengan penyimpangan petugas di atas untuk mencegah / meminimalkan serangan," tulis Jaksa Agung dalam surat kepada kepala penjabat kepala polisi Sri Lanka dalam dokumen, seperti dikutip dari Reuters, 21 Juni 2019. Surat itu menyebutkan sembilan petugas polisi senior harus diselidiki.
Baca juga: 7 Fakta Investigasi Teror Bom di Sri Lanka
Meskipun ada tiga laporan intelijen dari India mengenai serangan, pihak berwenang Sri Lanka gagal untuk bertindak sebelum pemboman bunuh diri Hari Paskah oleh teroris yang menargetkan tiga gereja dan tiga hotel mewah.
Pihak berwenang mengatakan serangan itu dilakukan oleh dua kelompok lokal yang kurang dikenal, yakni National Thawheedh Jamaath (NTJ) dan Jamathei Millathu Ibrahim.
Pihak berwenang mengatakan ancaman serangan lebih banyak telah direncanakan dan lembaga keamanan Sri Lanka telah membongkar sebagian besar jaringan yang terkait dengan pemboman.
Seorang pria yang diduga pembom bunuh diri terlihat berjalan di sebuah jalan di Negombo, Sri Lanka, Ahad, 21 April 2019. Rekaman cctv sebelum serangan bom Paskah ini, baru dirilis Selasa, 23 April 2019. REUTERS/BeritaCCTV/Siyatha
Dalam memo seruan penyelidikan, Jaksa Agung Dappula de Livera mengatakan komisi penyelidikan yang ditunjuk oleh Presiden Maithripala Sirisena telah menemukan petugas bertanggung jawab atas kelalaian pidana, menurut laporan Channel News Asia.
Kesembilan adalah perwira senior di distrik tempat serangan dilakukan.
Badan Intelijen Negara (SIS) Sri Lanka telah dikritik karena gagal menindak peringatan India.
Sirisena, yang juga menteri pertahanan dan menteri hukum dan ketertiban, juga menghadapi tuduhan bahwa dia bisa mencegah serangan namun gagal.
Baca juga: Duta Besar Perera: Sri Lanka Sudah Aman
Presiden menolak penyelidikan parlemen atas serangan itu dan memerintahkan polisi untuk tidak bekerja sama. Namun persidangan telah berjalan dan polisi telah bersaksi di hadapan para legislator.
Awal bulan ini, Sirisena memecat kepala intelijen nasional Sisira Mendis setelah dia bersaksi bahwa serangan bisa dicegah.
Mendis mengatakan presiden telah gagal mengadakan pertemuan keamanan rutin untuk menilai ancaman keamanan.
Menteri pertahanan Hemasiri Fernando dan kepala polisi Pujith Jayasundara juga menyebut Sirisena tidak mengikuti protokol yang tepat dalam menangani peringatan intelijen dari India.
Fernando terpaksa mengundurkan diri, sementara Jayasundara telah diskors dari tugas.
Intelijen India berbagi informasi tentang ancaman teror bom Sri Lanka, yang diperoleh dari seorang militan ISIS yang ditangkap India pada 4 April.