TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson unggul dalam pemilihan perdana menteri Inggris putaran pertama pada Rabu, 19 Juni 2019. Johnson mendapatkan dukungan 143 suara dukungan dari total 313 suara anggota Partai Konservatif yang masuk.
Karir politik Johnson diwarnai oleh tantangan dan skandal, salah satunya saat dia diceraikan istrinya karena dituduh berselingkuh. Namun segala hambatan itu nyatanya tak menghalangi politikus Partai Konservatif dalam memberikan dukungan pada Johnson.
Dikutip dari Reuters, saat ini Johnson telah menjadi kandidat perdana menteri Inggris paling dijagokan untuk menggantikan Theresa May dan dipercaya untuk melakukan negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit yang sudah tiga tahun terkatung-katung.
Baca juga:Boris Johnson Unggul Sementara di Pemilihan PM Inggris
Gubernur London, Boris Johnson berfoto bersama dengan anak-anak setelah bermain Rugby jalanan di Tokyo Square Gardens, 15 Oktober 2015. REUTERS/Issei Kato
Baca juga:Boris Johnson Digugat karena Berbohong Selama Kampanye Brexit
Johnson adalah mantan Menteri Luar Negeri Inggris dan mantan Walikota London. Dalam bursa kandidat perdana menteri Inggris, Johnson berjanji akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa per 31 Oktober 2019 apapun yang terjadi. Janji Johnson ini meningkatkan dugaan kalau proses angkat kakinya Inggris dari Uni Eropa bakal tidak baik-baik atau yang disebut Brexit tanpa kesepakatan, dimana para pelaku bisnis mengatakan hal ini bisa menciderai perekonomian dan investasi Inggris.
Johnson dalam referendum Brexit 2016 lalu pernah menyampaikan pesan yang sama. Dengan raihan dukungan dalam pemilihan putaran pertama pada Rabu, 19 Juni 2019, Johnson setidaknya telah berhasil meyakinkan banyak anggota Partai Konservatif bahwa hanya dia yang bisa menyelamatkan partainya dari bencana pemilu dengan memperjuangkan Brexit.
Johnson, 55 tahun, memiliki nama lengkap yang cukup panjang, yakni Alexander Boris de Pfeffel Johnson. Sebelum terjun ke politik, dia adalah wartawan yang berkerja untuk The Times, dia diberhentikan dari media itu setelah kedapatan memalsukan omongan narasumber.
Namun hal ini tak menghentikan karir jurnalistiknya. Jabatan tertinggi Johnson di dunia jurnalistik adalah asisten editor di the Telegraph. Setelah itu, Johnson yang juga seorang sejarawan memilih banting stir ke dunia politik dengan terpilih menjadi anggota parlemen Inggris pertama kali pada 2001.
Karir politiknya meroket saat pada 2008 dia terpilih menjadi Walikota London hingga 2016. Dia lalu ditunjuk menjadi Menteri Luar Negeri Inggris hingga 2018.
Johnson lahir dari sebuah keluarga borjuis di Inggris. Tak heran, dia mengenyam pendidikan di sekolah favorit dan mahal di Inggris, salah satunya Eton College. Johnson adalah alumni Universitas Oxford, salah satu universitas unggulan di dunia.