TEMPO.CO, Jakarta -
Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam Cheng Yuet-ngor atau Carrie Lam menunda pembahasan RUU Ekstradisi setelah lebih dari sejuta warga kota itu memprotesnya dengan turun ke jalan-jalan dan seorang demonstran tewas.
Lam menolak menarik RUU Ekstradisi itu untuk tidak dibahas lagi seperti tuntutan para demonstran. Mengutip South China Morning Post, Lam menunda karena tidak mau ada korban tewas dan tindak kekerasan dalam demonstrasi.
Baca juga: Puluhan Ribu Demonstran Tuntut Pemimpin Hong Kong Mundur
Namun, Lam pun menyesali terjadinya aksi kekerasan dalam demonstrasi. Hanya saja, dia tidak meminta maaf kepada warga Hong Kong karena RUU Ekstradisi itu.
Laporan media menyebutkan, Lam menerima ancaman dibunuh jika tidak segera membatalkan pembahasan RUU Ekstradisi. Polisi disebut sedang menyelidiki identitas penebar ancaman itu.
Lam didukung Beijing dalam mempertahankan pembahasan RUU Ekstradisi yang membolehkan seseorang yang berkasus hukum di Hong Kong diadili di Cina.
Berikut profil singkat perjalanan karir dan hidup Carrie Lam. Lahir pada 13 Mei 1957, Lam merupakan penganut Katolik.
Baca juga: Hong Kong Tunda Pembahasan RUU Ekstradisi ke Cina
Meraih gelar sarjana dari University of Hon Kong. Setelah itu ia menjadi pegawai pemerintah Hong Kong di sejumlah lembaga pemerintah pada tahun 1980.
Beberapa lama kemudian dia dikirim untuk mengikuti kursus diploma satu tun untuk program Development Studies di University of Cambridge di Inggris.
Tahun 2004, ia ditunjuk menjabat sebagai Direktur Jenderal Kantor London Hong Kong Economics Trade berkantor di Inggris. Dia kembali ke Hong Kong dua tahun kemudian.
Dia kemudian diserahi tugas penting pada tahun 2007 sebagai Sekretaris untuk Pembangunan. di masa ini dia dijuluki petarung tangguh.
Lam melepaskan kewarganegaraan Inggrisnya tahun 2007 karena jabatan barunya itu. Suami dan kedua anak laki-laki Lam mempertahankan kewarganegaraan Inggris.
Karir Lam terus menanjak sejak itu. Ketika Hong Kong diguncang demonstrasi besar yang diberi nama The Umbrella Movement pada tahun 2014, Lam ditunjuk pemerintah Cina untuk melakukan pembicaraan dengan para mahasiswa dan pemimpin oposisi yang melakukan aksi protes.
Baca juga: Konglomerat Hong Kong Pindahkan Uang karena RUU Ekstradisi?
Memperingati 20 tahun Hong Kong dikembalikan Inggris ke Cina, Presiden XI Jinping mengambil sumpah Lam untuk jabatan barunya sebagai pemimpin eksekutif Hong Kong setelah meraih suara terbanyak saat pemungutan suara di Komisi Pemilihan. Carrie Lam memenangkan 777 suara dari 1.194 anggota Komisi Pemilihan
Lam menjadi perempuan pertama yang memimpin pemerintahan di Hong Kong. Ia disebut sebagai kepanjangan tangan Beijing di Hong Kong.
Sejumlah media internasional menulis Carrie Lam, pemimpin eksekutif Hong Kong ini sebagai sosok yang tangguh dan petarung dalam bernegosiasi. Ia pekerja keras yang sering tidur hanya 3 jam sehari. Akankah dia akan mampu menyelesaikan ketegangan dengan para demonstran yang menolak sama sekali RUU Ekstradisi atau memilih mundur?