TEMPO.CO, Jakarta - Iran siap memperbaharui kesepakatan internasional nuklirnya dengan negara-negara kekuatan dunia, kecuali jika ada sinyalemen positif terhadap kesepakatan yang sudah ada. Rencana itu disampaikan Presiden Iran Hassan Rouhani Sabtu, 15 Juni 2019 di tengah-tengah ketegangan Iran dan Amerika Serikat.
“Tentu saja Iran tidak bisa berpegang teguh pada kesepakatan secara keseluruhan. Penting bagi seluruh pihak untuk berkontribusi dalam memperbaharui kesepakatan ini. Iran perlu melihat adanya itikad positif dari negara-negara yang menandatangani kesepakatan ini, diantaranya Rusia, Cina, Inggris, Prancis dan Jerman,” kata Presiden Rouhani dalam sebuah konferensi di Tarjikistan.
Baca juga: Ketegangan Amerika - Iran, Arab Saudi Minta Ada Respon Cepat
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani. REUTERS/Carlos Barria, REUTERS/Lisi Niesner
Dikutip dari reuters.com, Minggu, 16 Juni 2019, Rouhani dalam pernyataannya itu tidak merinci tindakan seperti apa yang akan diambil Iran untuk memperbaharui kesepakatan atau sinyalemen seperti apa yang ingin dilihat Tehran. Sedangkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan pihaknya akan patuh pada kesepakatan internasional nuklir Iran dan mendesak pihak-pihak yang terlibat dalam kesepakatan itu untuk bersikap sama.
“Kami sangat yakin hanya ini keputusan yang paling masuk akal bagi seluruh pihak, yakni menghormati komitmen,” kata Presiden Putin.
Baca juga: Pemerintah Iran Sebut Tudingan Trump Sabotase Diplomasi
Sebelumnya pada Mei 2019, Tehran mengatakan akan mulai memperkaya uraniumnya hingga ke level tertinggi. Hal ini bakal urung dilakukan jika negara-negara kekuatan dunia tak mengikuti kehendak Amerika Serikat yang menjatuhkan sanksi ekonomi ke Iran.
Hubungan Iran – Amerika Serikat saat ini semakin terpuruk setelah Washington menuding Tehran melancarkan serangan pada Kamis, 13 Juni lalu terhadap dua kapal tanker pembawa minyak mentah yang sedang berlayar di Selat Hormuz. Tehran menolak tuduhan itu.