TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Singapura meyakinkan Singapura menjunjung tinggi nilai-nilai pada hubungan bilateral Kamboja dan Vietnam. Hal itu ditegaskan menyusul ungkapan duka cita Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong terkait wafatnya mantan Perdana Menteri Thailand Prem Tinsulanonda yang menuai protes Kamboja.
"Kami selalu memperlakukan setiap negara dengan rasa hormat dan persahabatan. Hubungan bilateral tumbuh di berbagai sektor dan kami bekerja sama dengan negara - negara Asia Tenggara untuk membangun sebuah kekompakan dan persatuan ASEAN," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Singapura dalam situs mfa.gov.sg.
Baca juga:Mahathir dan Lee Hsien Loong Bakal Bertemu, Bahas Apa?
Sebelumnya Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menuduh Perdana Menteri Lee mendukung genosida karena menyinggung invasi Vietnam ke Kamboja pada 1978 untuk mengakhiri rezim Pol Pot. Saat invasi Vietnam terjadi, Perdana Menteri Prem merupakan ketua ASEAN. Dia menggalang dukungan untuk melawan invasi Vietnam di berbagai forum internasional.
“Jenderal Prem bertekad menolak invasi itu dan bekerja sama dengan negara ASEAN melawan pendudukan Vietnam itu,” kata Lee lewat pernyataan di Facebook.
Baca juga:Prabowo Bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong
Straits Times melansir Menteri Pertahanan Kamboja, Tea Banh, mengatakan pihaknya mempermasalahkan pernyataan Lee itu kepada pejabat Singapura dan memintanya agar PM Lee mengubah pernyataannya tersebut.
Menyusul protes tersebut, Kementerian Luar Negeri Singapura menjelaskan konteks ungkapan duka cita dari Perdana Menteri Lee sebenarnya mengacu pada sejarah menyakitkan Asia Tenggara dan pandangan Singapura sejak dulu yang juga sudah dipublikasikan. ASEAN yang ketika itu baru beranggotakan lima negara juga menyatakan posisinya tentang Kamboja bahwa hak masyarakat Kampuchean di Kamboja untuk menentukan masa depan mereka sendiri, bebas dari campur tangan atau pengaruh dari kekuatan luar dalam menjalankan penentuan nasib sendiri
Singapura tidak bersimpati pada kelompok Khmer Merah dan tidak ingin melihat kelompok itu kembali ke Kamboja. Pada 1998, ASEAN mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB mengutuk Khmer Merah dan berharap kelompok itu tidak akan menjadi bagian dari pemerintahan Kamboja.
Perdana Menteri Singapura dalam pernyataannya mencoba menjelaskan kenegarawanan dan pandangan jauh ke depan telah membantu mengakhiri perang yang tragis yang menyebabkan penderitaan besar bagi masyarakat Asia Tenggara, dan mewujudkan perdamaian dan kerja sama yang dinikmati kawasan saat ini.