TEMPO.CO, London – Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman al-Thani, mengatakan pemerintahannya dan sejumlah negara telah berbicara dengan pemerintah Amerika Serikat dan Iran untuk melakukan deeskalasi.
Baca juga: Menlu Jerman Terbang ke Iran Temui Presiden Rouhani, Ada Apa?
“Kami meyakini pada satu titik bakal ada interaksi. Ini tidak bisa berlangsung selamanya seperti ini,” kata Al-Thani kepada media seperti dilansir Reuters pada Ahad, 9 Juni 2019.
Al Thani mengatakan kedua negara mengatakan tidak ingin melakukan eskalasi. “Maka mereka harus muncul dengan ide untuk membuka pintu,” kata dia.
Menurut dia, sejumlah negara selain Qatar ikut terlibat agar terjadi deeskalasi ketegangan. Ini seperti Oman, Irak, dan Jepang.
Baca juga: Eropa Ingin Jaga Perjanjian Nuklir Iran, Tolak Perkaya Uranium
“Semua negara ini merasa khawatir mengenai dampak dari eskalasi,” kata dia. “Kami berusaha menjembatani kedua negara dan menciptakan percakapan antara kedua pihak karena itu tidak menguntungkan siapapun di kawasan ini.”
Ketegangan antara AS dan Iran terjadi setelah Presiden Donald Trump mengenakan sanksi ekonomi terhadap Iran dan menarik diri dari Perjanjian Nuklir Iran 20`15.
Dia juga mengirim kapal perang, pesawat pengebom serta sekitar 5000 tentara ke kawasan Timur Tengah sebagai bentuk dukungan kepada para sekutu di kawasan itu.
Baca juga: 5 Poin dari Kesepakatan Nuklir Iran
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, berkunjung ke Teheran, Iran, pada Senin ini. Dia berupaya membujuk agar pemerintah Iran tetap mengikuti Perjanjian Nuklir Iran, yang masih didukung oleh lima negara.
Menanggapi kunjungan Maas, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan Jerman berusaha mempertahankan perjanjian tentang nuklir Iran dengan 6 negara itu.
Baca juga: Trump Putuskan Keluar dari Perjanjian Nuklir Iran
Meski begitu, kepada Fars, yang merupakan media pemerintah Iran pada 9 Juni 2019, Zarif mengatakan Maas tidak bermasuk sebagai mediator dengan Washington dalam kunjungannya ke Iran.