TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas tiba di Teheran, Senin pagi, 10 Juni 2019 untuk bertemu presiden Hassan Rouhani guna membujuk Iran tetap mematuhi perjanjian nuklir dengan 6 negara yang disepakati tahun 2015, sekalipun Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian itu pada 2018.
Perjanjian yang ditandatangani Iran bersama 6 negara termasuk Jerman, Prancis dan Inggris, mengenai penghentian program rudal balistik Inran dan membatasi pengayaan uranium yang berpotensi pada pembangunan senjata nuklir.
Baca juga: Eropa Ingin Jaga Perjanjian Nuklir Iran, Tolak Perkaya Uranium
Jerman mengkritik keras keputusan Presiden Donald Trump yang menarik diri dari perjanjian itu.
Maas yang singgah di Irak saat terbang menuju Teheran, mengatakan berkonflik dengan Iran akan membahayakan seluruh Timur Tengah. Eropa yakin bahwa selayaknya untuk mempertahankan perjanjian nuklir dengan Iran.
Mei lalu, Iran mengeluarkan peringatan bahwa dalam 60 hari ke depan Iran akan melanjutkan pengayaan uranium ke tingkat tertinggi daripada yang diizinkan oleh perjanjian itu, jika Eropa gagal melindungi perdagangannya dari sanksi AS.
Baca juga: 5 Poin dari Kesepakatan Nuklir Iran
Iran selama ini mengatakan aktivitas nuklirnya adalah untuk tujuan damai dan menolak menjadikan kemampuan rudal dan militernya sebagai bahan negosiasi seperti dituntut oleh Trump.
Menanggapi kunjungan Maas, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif kepada Fars, media pemerintah Iran kemarin, 9 Juni 2019 mengatakan, Jerman berusaha mempertahankan perjanjian tentang nuklir Iran dengan 6 negara itu.
Meski begitu, Zarif mengatakan, Maas tidak bermasuk sebagai mediator dengan Washington dalam kunjungannya ke Iran.
Baca juga: Trump Putuskan Keluar dari Perjanjian Nuklir Iran
"Tidak mungkin Menteri Luar Negeri Jerman berkunjung ke Teheran membawa pesan khusus," ujar Zarif.
Sebelum ke Iran membahas perjanjian nuklir, Maas dikabarkan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Prancis dan Inggris serta berdiskusi dengan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo.